REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Pemilihan umum Mesir hari kedua sepi pemilih, Senin (19/10). Perdana Menteri Mesir Sherif Ismail mengatakan seharusnya pemilu hari ini lebih ramai karena para pekerja diberikan kemudahan yaitu hanya bekerja setengah hari, agar mereka bisa memilih.
Pemilu hari pertama hanya diramaikan oleh 15-16 persen pemilih. Surat kabar di Mesir menyebut fenomena ini sebagai pemilu tanpa pemilih, pemilu tanpa antrean. Mereka menitikberatkan pada keputusasaan warga sejak junta mengambil alih kekuasaan pada 2013.
Pemilu yang berlangsung Ahad dan Senin ini sangat sepi dan berbeda sangat kontras dengan pemilu pada 2011-2012. Generasi muda yang menjadi mayoritas populasi menjauh dari ajang demokrasi tersebut.
Seorang penduduk, Michael Bassili (19 tahun) mengatakan ia tidak akan memilih.
"Kami tidak tahu apa-apa tentang kandidat ini, jadi saya tidak akan memberi suara pada orang yang tidak berhak mendapatkannya," kata pemuda asal Alexandria tersebut.
Menurutnya, para kandidat itu hanya peduli pada uang dan diri mereka sendiri.
Pemilu saat ini telah mengalami penundaan berkali-kali. Hingga akhirnya diputuskan pemilu terdiri dari dua putaran, yaitu 18-19 Oktober dan 22-23 November. Sebanyak 568 kandidat akan memperebutkan 120 kursi.
Dalam pemilu sebelumnya, sebagian besar kursi dikuasai Ikhwanul Muslimin. Namun kali ini mereka diboikot. Para kanditat lebih banyak berasal dari oposisi liberal, sekular dan sosialis.