Rabu 28 Oct 2015 23:39 WIB

4,6 Juta Pelajar Terpapar Kabut Asap

Sebuah sepeda motor menembus kabut asap ketika terjadi kebakaran lahan gambut di sekitar Pulang Pisau, Kalteng, Selasa (27/10).
Foto: Antara/Saptono
Sebuah sepeda motor menembus kabut asap ketika terjadi kebakaran lahan gambut di sekitar Pulang Pisau, Kalteng, Selasa (27/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 4,6 juta lebih siswa dari SD hingga SMA di Sumatera dan Kalimantan terpapar kabut asap.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang diterima di Jakarta, Rabu, jumlah siswa terpapar kabut asap hingga 23 Oktober 2015 sebanyak 4.692.537 jiwa.

Jumlah tersebut merupakan yang terpapar asap di 66 Kabupaten dan sembilan provinsi di Pulau Sumatera dan Kalimantan seperti Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Riau.

Provinsi Sumatera Selatan merupakan provinsi dengan siswa terbanyak terdampak asap dengan jumlah mencapai 1.018.144 siswa, disusul Provinsi Riau dengan jumlah 857.416 siswa, dan Kalimantan Barat dengan 705.176 siswa.

Sedangkan provinsi yang paling sedikit terdampak ialah Kalimantan Utara dengan 17.536 siswa dan Kalimantan Selatan dengan 152.414 siswa.

Sedangkan jumlah sekolah yang terpapar asap di sembilan provinsi tersebut mencapai 24.773 sekolah dari SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB. Kalimantan Barat merupakan provinsi dengan sekolah terbanyak tedampak asap dengan jumlah 4.844 sekolah diikuti Sumatera Selatan dengan 3.828 sekolah dan Riau dengan 3.527 sekolah.

Adapun jumlah kelas dari seluruh sekolah di sembilan provinsi yang terganggu aktivitasnya karena kabut asap mencapai 185.438 kelas.

Sebelumnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan akan berupaya membuat sekolah aman asap dengan mengaplikasikan sejumlah teknologi dari beberapa opsi yang ada. Anies mengatakan pemerintah memiliki opsi mengaplikasikan teknologi berupa ventilasi yang dapat menyaring udara kotor menjadi udara segar atau alat yang dapat mempurifikasi udara yang tercemar di dalam ruangan menjadi udara segar.

Namun menurut Anies sejumlah opsi tersebut masih dalam proses sebelum benar-benar dapat diaplikasikan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement