REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla secara resmi membuka Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) III Menteri Tenaga Kerja negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Jakarta, Kamis (29/10). Forum berskala internasional tersebut dipimpin Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Muhammad Hanif Dhakiri.
Dalam sambutannnya, JK mengatakan, pertemuan OKI di bidang ketenagakerjaan yang diselenggarakan tahun ini sangatlah tepat dan sejalan dengan kondisi ekonomi global yang sedang mengalami perlambatan sekarang ini. Menurut dia, melemahnya ekonomi dunia juga berpengaruh kepada negara-negara OKI.
"Hal ini juga mempengaruhi upaya penciptaan lapangan kerja dan perlindungan kerja. Saya melihat acara kita sekarang ini sangat baik untuk meningkatkan kerjasama antar negara OKI di segala bidang," ujar JK dalam sambutannya.
Pertemuan OKI di bidang ketenagakerjaan tersebut, menurut JK, mempunyai arti yang penting dalam mendorong perbaikan ekonomi global yang berimbas pada menurunnya kesempatan kerja di berbagai belahan dunia. Sebab, indikator dari perbaikan ekonomi suatu negara selalu ditentukan seberapa banyak Pemerintah dapat menyediakan lapangan kerja bagi penduduknya.
"Apalagi tema kita kali ini adalah bagaimana mengarusutamakan para pekerja muda dan soal keselamatan dan kesehatan kerja, mari kita tingkatkan upaya perlindungan maksimal kepada para tenaga kerja kita," katanya JK.
Menurut JK, dengan jumlah kaum Muslimin sekitar 1,6 miliar jiwa di seluruh dunia, artinya akan ada setidaknya 20 juta anak muda dan pekerja baru yang masuk dunia kerja. Tentu mereka harus ditampung di seluruh negara Islam.
“Kita harus serius soal ini, bagaimana mungkin saat kita merayakan tahun baru hijrahnya Rasulullah, sementara saudara kita malah hijrah ke Eropa mencari kerja, ini tantangan kita bersama,” ujar JK.
Selain itu, terkait perlindungan dan kesehatan kerja, JK juga mengusulkan agar menjadi bahasan dari para peserta, sebab, selama ini budaya kesehatan dan keselamatan kerja (K3) tidak cukup tercermin dalam Negara-negara OKI. “Soal K3, kita juga harus sangat serius. Sebab, budaya K3 saya lihat belum menjadi prioritas utama di negara-negara OKI,” kata JK.