Kamis 05 Nov 2015 04:00 WIB

Tema Debat Pilkada Surabaya Sudah Dipraktikkan Risma-Whisnu

Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya Petahana, Tri Rismaharini (kiri) dan Whisnu Sakti Buana (kanan) menunjukkan nomor urut dua ketika rapat pleno terbuka pengundian dan penetapan nomor urut pasangan calon Wali Kota dan calon wakil Wali Ko
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya Petahana, Tri Rismaharini (kiri) dan Whisnu Sakti Buana (kanan) menunjukkan nomor urut dua ketika rapat pleno terbuka pengundian dan penetapan nomor urut pasangan calon Wali Kota dan calon wakil Wali Ko

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Tim pemenangan calon wali kota dan wakil wali kota Surabaya Tri Rismaharani-Whisnu Sakti Buana menyatakan tema debat publik kedua pada 6 November 2015 sudah dipraktikkan dan selaras dengan ideologi PDI Perjuangan.

Tema yang diangkat dalam debat kedua adalah persoalan Kebangsaan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kata Sekretaris Tim Pemenangan Risma-Whisnu, Adi Sutarwijono, di Surabaya, Rabu (4/11).

Dia mengatakan, sebagai kader PDIP, Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana selama menjabat wali kota dan wali kota Surabaya periode sebelumnya, selalu dalam bingkai kebangsaan dan NKRI. "Dalam tataran pemerintahan, itu sudah dipraktikkan para kepala daerah dari PDI Perjuangan, termasuk Surabaya," katanya.

Karena itu, kata Adi, pasangan Risma-Whisnu sangat siap mengikuti agenda debat publik yang diselenggarakan KPU Surabaya di Hotel Shangrila tersebut. "Kami senang dengan tema yang diangkat, karena selaras dengan garis ideologi PDI Perjuangan," katanya.

Wakil Ketua Komisi A DPRD Surabaya tersebut mengatakan isu yang akan disampaikan pasangan petahana itu, di antaranya Surabaya sebagai Kota Multikultur. "Artinya, Surabaya menjadi hunian semua golongan, suku, dan agama. Mereka hidup damai dan berkembang di Surabaya," ujarnya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement