REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif IndoBarometer Mohammad Qodari menilai, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) masih gagap dalam pemerintahan. Kegagapan ini didasari dari proses transpormasi gerakan sosial menjadi gerakan politik.
"Partai ini bisa dikatakan partai gagap, gagap karena sedang melakukan transformasi dari partai dakwah ke partai politik. Kan itu salah satu ciri PKS. Kalau partai lain itu memang dari awal partai ke partai, atau seolah-olah ormas dulu baru jadi partai," ujar Qodari pada diskusi "Partai Dakwah Sedang Berenah" di Menteng, Jakarta, Sabtu (7/11).
Ia menjelaskan, PKS saat ini belum selesai dalam proses transformasi yang dimualai sejak tahun 1998. Suatu hal yang tidak mudah bagi gerakan dakwah yang didasari tanpa ada kekuasan langsun menjadi gerakan yang harus berurusan dengan politik.
"Yang dulu itu cuma ngaji saja, sekarang harus membuat peraturan perundang-undangan, dulu hal mewah yang diimpor adalah kurma, sekarang kuota sapi," kata ketua eksekutif IndoBarometer.
PKS masih perlu menenukan arah yang akan dibawa sebagai partai politik, buakan lagi gerakan sosial berbasisikan dakwah. Proses pencarian ini yang menjadikan kader PKS perlu berlatih memegang kekuasan dan masuk dalam anggota parlemen.
Melihat gejala tersebut, wajar saja jika PKS masih dinilai partai yang gagap. Sebab PKS belum bsia sepenuhnya memposisikian diri sebagai seorang yang memiliki kekuasan. "Memang di situ tantangannya," kata Qodari.