Kamis 12 Nov 2015 20:49 WIB

Kang Emil Pernah Hadir di Acara 'Broker' Darwin Pereira LTD

Rep: C01/ Red: Bayu Hermawan
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil memberikan keterangan kepada wartawan usai Rapat Koordinasi Pengamanan Final Piala Presiden di Balai Pertemuan Metro Jaya, Jakarta, Jumat (16/10).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil memberikan keterangan kepada wartawan usai Rapat Koordinasi Pengamanan Final Piala Presiden di Balai Pertemuan Metro Jaya, Jakarta, Jumat (16/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Nama pelobi Darwin Pereira kerap disebut terlibat dalam dugaan lobi di balik pertemuan Presiden RI Joko Widodo dan Presiden AS Barack Obama pada Oktober lalu. Terkait profesi pelobi, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menilai hal itu wajar.

Pria yang akrab disapa Kang Emil itu bahkan mengaku sempat hadir dalam acara yang disponsori oleh Darwin Pereira. Kang Emil mengatakan sempat berpidato di sebuah lembanga Think-Tank, Center for Strategic and International Studies (CSIS) atas undangan yang diberikan. Kebetulan pada saat itu Darwin Pereira merupakan sponsor dari CSIS dalam event tersebut.

"Ada pemimpin dari Asia Tenggara pidatonya di situ. Saya nggak milih-milih. Poin saya siapa yang mengundang, niatnya baik, saya datangi. Jadi jangan hubung-hubungkan saya dengan Derwin Pereira," jelasnya Ridwan di Balai Kota pada Kamis (12/11).

Ridwan sendiri mengaku tidak ada hubungan secara langsung dengan Darwin Pereira, pelobi yang saat ini kerap disebut namanya dalam dugaan lobi pertemuan Presiden Joko widodo dengan Presiden Barack Obama. Meski begitu, Ridwan memiliki pandangan tersendiri terhadap profesi pelobi.

Meski tidak lazim di Indonesia, Ridwan mengatakan profesi pelobi di Amerika merupakan profesi normal. Sedangkan di Indonesia, Ridwan menilai keberadaan pelobi dalam urusan tertentu dapat meringankan tugas Pemerintah Daerah.

Ia mencontohkan, ketika Pemrintah Daerah memiliki anggaran lebih Dana Alokasi Khusus (DAK), Pemerintah Daerah harus melobi sendiri. Proses tersebut, lanjut Ridwan, bisa jadi melelahkan karrna cukup banyak rapat yang harus dilakukan dan hasil dari lobi tersebut pun belum tentu berhasil.

"Walau pun jaraknya dekat, tapi banyak rapat ke DPR, Kementerian, belum tentu berhasil, keluar uang perjalanan, konsumsi dan lainnya," jelasnya.

Keberadaan perusahaan dan profesi pelobi di Amerika, lanjut Ridwan, dapat menjembatani hal-hal tersebut menjadi lebih efisien. Menurut Ridwan, keberadaan perusahaan lobi tersebut dapat menjembatani secara profesional keinginan dan kepentingan pemerintah. Yang tidak wajar, lanjut Ridwan, ialah jika dalam upaya lobi tersebut terjadi transaksi yang melanggar aturan.

"Jadi nggak pakai istilah calo, lebih baik perusaan resmi pelobi, dan dibutuhkan oleh kita," ujar Ridwan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement