REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pascaserangan teror terhadap Paris yang menewaskan sedikitnya 129 orang, Islam tak hanya dihujat tapi juga mendapat banyak simpati. Islamofobia kini dibarengi dengan simpati terhadap Muslim.
Facebook pada Sabtu meluncurkan sarana untuk menunjukan solidaritas pada para korban. Pengguna Facebook dapat mengubah foto profilnya dengan warna bendera Prancis yang samar di atas foto profil awal.
Aplikasi ini langsung digunakan viral. Namun, pernyataan seorang pengguna yang tidak mengaplikasikan bendera Prancis mengundang pemikiran lain.
"Saya tidak akan mengganti foto profil saya menjadi bendera Prancis meski saya warga Prancis dan berasal dari Paris," kata pengguna Facebook bernama Charlotte Farhan.
Editor majalah online, Art Saves Lives International ini mengatakan melakukan solidaritas hanya untuk Paris saja adalah salah.
Menurutnya, jika ia melakukan itu untuk setiap serangan di dunia, maka ia harus mengubah fotonya setiap hari beberapa kali. "Hati saya untuk seluruh dunia, tanpa batasan tanpa hirarki," tambahnya.
Pascaserangan Paris, seluruh dunia melalui pemimpin negara masing-masing mengecam keras serangan. Mereka menunjukkan rasa berkabung dengan menyalakan lilin, menyalakan lampu gedung dengan warna bendera Prancis hingga berdoa bersama.
"Saya menghargai semua nyawa manusia yang diserang penganut ekstrim apa pun dasar mereka, agama, gengsi ataupun keuntungan! jangan jadi bagian dari 'kami atau mereka', itu yang diinginkan para penjual perang," tutupnya.
Pernyataan Farhan mendapat banyak persetujuan dan disebar banyak orang. Sama seperti kisah seorang pekerja di New York yang mengaku sedih setelah berkendara dengan seorang Muslim. Alex Malloy bercerita melalui Twitter tentang kisahnya diantarkan seorang pengemudi taksi Muslim di Manhattan.
"Perjalanan pulang saya dengan taksi adalah momen paling sedih yang pernah saya alami. Tolong, berhenti menyamaratakan orang-orang," kata dia sebagai kalimat awal. Malloy mengatakan sepanjang 25 menit perjalanan pulang, sopir taksi Muslimnya itu menangis.
Menurutnya, saat masuk taksi, ucapan pertama yang didapat Malloy dari sang sopir adalah terima kasih sambil ia menangis. "Allah, Tuhan saya tidak mengajarkan ini. Orang-orang berpikir saya bagian dari ini padahal tidak," kata Malloy menirukan ucapan sang sopir.
Menurutnya, Malloy adalah pelanggan pertamanya sejak dua jam berlalu. Orang-orang sebelum Malloy menolak setelah tahu ia Muslim. Mereka mengaku tidak merasa aman diantar taksinya setelah insiden serangan Paris. "Orang asing ini, manusia ini sama seperti aku dan kamu, ia bukan bagian dari apa yang terjadi," kata Malloy.
Sepanjang perjalanan sopir taksi ini bercerita betapa sulit hari-harinya karena orang memandangnya dengan takut atau marah. "Tolong berikan simpati pada mereka, mereka tidak hanya korban diskriminasi tapi juga korban kebencian di saat seperti ini, tolong berhenti menyamaratakan kelompok orang," kata Malloy.
Ia mengatakan Muslim bukan masalah dan ia ingin orang-orang berhenti berpikir seperti itu. Pernyataan Malloy melawan Islamofobia ini menyebar di Facebook dan Twitter. Ceritanya diretweet lebih dari 31 ribu kali dan mendapat likes hingga 23 ribu.
Ia mengaku terharu dan senang. "Tidak hanya komunitas Muslim yang menyebar dan membalas cerita ini, tapi semua orang," kata Malloy. Ia menegaskan Muslim adalah saudara. "Kita semua sama," tutupnya.