REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- DPD Partai Golkar Kota Surabaya memutuskan netral dalam Pilkada Surabaya. Golkar akan memposisikan diri sebagai penyejuk tanpa berpihak ke salah satu pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya manapun.
"Kami persilakan kepada seluruh kader dan simpatisan Golkar untuk memilih sesuai hati nuraninya masing-masing," kata Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPD Partai Golkar Surabaya M. Alyas.
Menurutnya, menyikapi perkembangan politik di Surabaya yang sudah semakin menggeliat, dan respons sangat luar biasa, pihaknya berharap mudah-mudahan pasangan calon bisa berkampanye dengan bagus sehingga menarik simpati warga Surabaya.
Hanya saja, dirinya prihatin terhadap pilkada tahun ini yang terkesan tidak ada gaungnya sama sekali. Bahkan, sosialisasi KPU Kota Surabaya dinilai sangat minim sehingga tidak sampai ke masyarakat bawah.
"Selama ini sosialisasi hanya kepada parpol. Masyarakat yang di level bawah tidak mendapatkan informasi yang maksimal. Oleh karena itu, masyarakat jangan sampai golput, kita mendorong agar mereka menggunakan hak pilihnya," jelasnya.
Alyas menyampaikan bahwa bagaimanapun juga Partai Golkar tidak berada dalam posisi pasif dalam penyelenggaraan pilkada kali ini. Partai Golkar menjaring, mencari aspirasi keinginan dari berbagai elemen masyarakat.
"Golkar telah melakukan proses mekanisme organisasi rapat pleno partai pada 17 November 2015. Berbagai pemikiran telan dikemukakan pada pilkada 9 Desember nanti," ujarnya.
Ia mengemukakan Partai Golkar bagian tidak terpisahkan bagi masyarakat Kota Surabaya. Maka seluruh pengurus partai berpandangan Golkar harus berada di garis terdepan. Mendorong, mengimbau, memotivasi kepada masyarakat untuk mencoblos.
"Kami tidak ingin ada warga Surabaya memosisikan diri golput. Golkar akan ambil peran untuk melakukan sosilaisasi, motivasi dan dorongan kepada masyarakat dalam hak pilihnya pada 9 Desember mendatang," jelasnya.
Ia menilai, latar belakang kedua paslon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya adalah putra-putri terbaik. "Mereka memiliki kompetensi atau layak membawa Kota Surabaya jadi lebih maju, dan menyejahterahkan rakyatnya," katanya.
Dirinya membeberkan, pelaksanaan pilkada bisa berjalan jujur, adil, demokratis, dan menghindarkan pertentangan dari masyarakat. "Siapapun yang terpilih itu kemenangan warga Surabaya," katanya.
Ketika ditanya Golkar baru menentukan sikap politiknya yang ujung-ujungnya tidak mengarahkan dukungan, Alyas mengatakan tidak terlambat. Ia justru menerangkan bahwa sikap politiknya dalam pilkada menyatukan masyarakat.
"Jadi spiritnya adalah pernyataan dalam perbedaan masyarakat. Kita ingin menyejukkan di minggu terakhir. Sikap politik itu tidak harus berhadap-hadapan," katanya.