REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki musim penghujan, Ibukota DKI Jakarta telah menyiapkan Satgas untuk menghadapi banjir. Meski begitu, sebenarnya BPPT telah lama melakukan kajian untuk melakukan pemanenan air hujan dengan sumur resapan.
Menurut Kepala Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BTL-BPPT) Arie Herlambang , sistem pemanenan hujan dapat menanggulangi banjir cukup signifikan. "Memanen air hujan pada penampungan dengan ukuran 10 meter kubik selama 2-3 jam dengan intensitas lebat mampu mengurangi genangan secara signifikan," kata Arie melalui keterangan pers kepada Republika.co.id, Sabtu (28/11).
Konsepsi pemanenan air hujan, jelas Arie adalah mengalirkan air hujan yang jatuh ke permukaan atap melalui talang air untuk ditampung ke dalam bak penampungan di bawah tanah. Kemudian limpasan air yang keluar dari tangki penampung yang telah penuh itu disalurkan ke dalam sumur resapan yang meresapkan air hujan ke tanah.
Pemanenan hujan ini sangat penting dilakukan di daerah yang tinggi curah hujannya. Jika sistem pemanenan air hujan ini dilakukan secara masif , jelas akan berdampak baik. Selain menghindarkan wilayah dari genangan banjir, masyarakat juga akan mendapat sumber air bersih yang murah serta penambahan jumlah cadangan air tanah yang nantinya sangat berguna pada musim kemarau.
Sementara selaku aktivis lingkungan yang juga musisi nasional, Agustinus Gusti Nugroho atau biasa dikenal dengan nama Nugie mengatakan, bahwa banjir bisa menjadi bencana dan solusi. “Karena sebenarnya banjir akan menambah banyak serapan,” ujarnya.
Solusi utama mencegah banjir, tambahnya, adalah mesti diawali dari diri sendiri dan lingkungan sekitar. “Bisa dengan gotong royong dan kerja bakti,” kata Nugie.