REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Tiga wartawan media online Medan tertembak airsoft gun saat hendak meliput di Jl Zainul Aripin, Kampung Kubur, Medan, Ahad (29/11) sekitar pukul 05.30 WIB. Ketiga wartawan tersebut, yakni Nicolas Saragih (liputanmedan.com), Arif Tanjung (opinimedia.com) dan Fahrizal Ardilla (medanberita.co). Saat ini, ketiga korban yang mengalami luka tembak masih mendapatkan perawatan di RS Bhayangkara Medan.
Saat ditemui di RS Bahayangkara, Nicolas menjelaskan, peristiwa itu berawal saat mereka duduk-duduk di depan Mapolsek Medan Baru. Saat itu, sejumlah laki-laki yang mengaku sebagai korban begal membuat laporan ke kantor polisi.
Baca: Tiga Wartawan Medan Tertembak Airsoft Gun)
"Mereka mengaku dibegal di sekitar Kampung Kubur. Petugas kemudian ke TKP. Kami delapan orang wartawan ikut ke sana mau meliput," kata Nicolas.
Di dekat Kampung Kubur, Nicolas mengatakan, mereka melihat seorang pria sedang mendorong sepeda motor. Saat didekati, pria itu langsung menjatuhkan sepeda motornya dan lari ke Kampung Kubur. "Kami kejar ke sana, tapi kami terpisah dengan petugas," ujarnya.
Ketika tiba di dalam Kampung Kubur, ternyata justru Nicolas, Arif dan Fahrizal yang diteriaki maling. Seorang warga mengenakan baju putih pun mengeluarkan senjata dan melakukan penembakan. "Aku ditembak dari jarak sekitar tiga meter. Aku sudah coba mengelak," kata Nicolas.
Sontak, mereka pun langsung lari meninggalkan kampung tersebut. Setelah berhasil kabur, Nicolas dan rekan-rekannya membuat laporan ke Mapolsek Medan Baru. Mereka kemudian dibawa ke RS Bhayangkara Medan untuk dirawat dan melakukan visum et repertum.
"Ini kami dibiayai Kanit," kata Arif.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Sumut mengimbau wartawan yang melakukan peliputan untuk lebih berhati-hati saat bertugas. Apalagi, ketika berada di lokasi sensitif dan sedang diselimuti situasi panas, seperti Kampung Kubur. Kampung Kubur yang diberi gelar sarang narkotika dan judi memang dikenal sebagai tempat yang tidak ramah awak media.
"Sebaiknya rekan wartawan yang hendak ke TKP, apalagi situasi massa yang sedang tidak kondusif, atau masyarakat yang sedang anarkis atau marah, berhati-hati dan benar-benar waspada. Jangan sampai jadi korban salah sasaran dari masyarakat tersebut," kata Helfi.
"Tidak sedikit polisi yang berpakaian preman juga mengalami hal yg sama, meskipun sudah mengaku 'saya polisi', mereka tidak gubris teriakan kita."
Untuk menghindari kejadian serupa terulang, Helfi mengimbau para pekerja media untuk tidak menjebak diri dalam situasi yang bisa membahayakan diri sendiri. Hal ini, lanjutnya, karena tidak semua masyarakat dapat mengetahui keberadaan wartawan.