Kamis 03 Dec 2015 07:55 WIB

Obama Kembali Minta Kepemilikan Senjata Diperketat

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ani Nursalikah
U.S. President Barack Obama answers questions during a news conference in the East Room of the White House in Washington, November 5, 2014.
Foto: Reuters/Larry Downing
U.S. President Barack Obama answers questions during a news conference in the East Room of the White House in Washington, November 5, 2014.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengecam penembakan di Pusat Layanan Disabilitas  San Bernardino, Rabu (2/12) yang menewaskan 14 orang. Menurutnya, pola penembakan massal di AS tidak sejajar dengan tempat lain di dunia.

"Kami belum tahu banyak, (penembakan) masih dalam situasi aktif. Ini bisa muncul dan akan ada beberapa korban, kami sungguh-sungguh berduka kepada korban dan keluarganya," ujar Obama dilansir dari Independent.

(Baca: Penembakan San Bernardino, Polisi Hentikan SUV Hitam)

Ini merupakan kali ketujuh Obama mengecam penembakan massal dalam lima bulan terakhir.

Sampai saat ini, pihaknya belum mengetahui motif penembak. Namun, ia mengimbau jika ada langkah-langkah yang bisa diambil untuk membuat Amerika lebih aman.

(Baca: Penembakan San Bernardino Belum Dipastikan Serangan Teror)

Obama kembali menyerukan perubahan undang-undang senjata. Hal ini mencakup melakukan pemeriksaan latar belakang yang kuat dan hukum keamanan senjata. Meski dinilai tidak bisa menghilangkan penembakan massal tetapi cara itu bisa mengurangi tindakan yang sering terjadi di Amerika tersebut.

"Kami memiliki daftar (TSA) orang-orang yang tidak boleh terbang dengan pesawat. Orang-orang tidak bisa terbang, tapi sekarang mereka bisa pergi ke toko dan mendapatkan senjata api dan itulah hukum yang perlu diubah," katanya.

 

Baca juga: Riwayat Hiu Madagaskar yang Kian Terancam

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement