REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Aktivis dan kelompok hak asas manusia mengutuk keras penutupan masjid di Prancis. Mereka mengatakan, penutupan tak akan mencegah ancaman keamanan.
Seperti dilansir Al Jazeera, Kamis (3/12), setidaknya tiga masjid telah ditutup di bawah perintah darurat Prancis. Pihak berwenang mengatakan penutupan masjid yang mempromosikan ekstremisme bisa mencegah orang menjadi radikal.
Tapi kelompok hak mengatakan penutupan tak dapat mencegah radikalisme. Malah hal itu menurut mereka dapat meningkatkan keterasingan minoritas Muslim.
"Para ahli telah membuktikan, teroris tak datang dari masyarakat yang terorganisir," kata aktivis HAM Prancis Samia Hathroubi kepada Al Jazeera.
Menurut Hathroubi, ada perbedaan antara komentar Presiden Prancis Francois Hollande yang meyakinkan Muslim mereka tak sedang diasingkan dengan kenyataan di lapangan. Realitasnya, menurut Hathroubi justru terjadi penutupan masjid di bawah kebijakan darurat dan komunitas Muslim menjadi target.
"Saya khawatir dan benar-benar terpana oleh keputusan yang diambil oleh eksekutif untuk mengatasi terorisme," katanya.
Hathroubi menambahkan, ia merasa harus sangat berhati-hati dengan hak sipil dan kebebasan yang terancam oleh kebijakan darurat di Prancis tersebut.
"Jika anda mendengar hakim anti-teror, mereka akan mengatakan radikalisasi terjadi di luar masjid. Radikalisasi terjadi di penjara-penjara atau lingkaran klandestin atau melalui internet," ujar Yasser Louati dari kelompok Collective Against Islamophobia.
Ada sekitar 5,5 hingga 6,2 juta Muslim di Prancis. Jumlah tersebut sekitar 7,6 persen dari total penduduk.
Baca juga:
Astaghfirullah... Alquran Diberondong Peluru Tergeletak di Depan Toko
Jarum Dokter Ini Telah Menginfeksi 200 Orang dengan HIV