REPUBLIKA.CO.ID, SAN BERNARDINO -- Biro Investigasi Federal (FBI) secara resmi mengumumkan menyelidiki penembakan di San Bernardino sebagai aksi terorisme, Jumat (4/12).
Penegak hukum Amerika Serikat mengungkap salahs satu pelaku penembakan memliki hubungan dengan kelompok ISIS.
(Baca: Pelaku Penembakan San Bernardino Terinspirasi ISIS)
Asisten Direktur FBI Los Angeles, David Bowdich, mengatakan telah menemukan sejumlah bukti yang menunjukkan penembakan massal yang dilakukan sepasang suami sitri, Syed Farook dan Tashfeen Malik merupakan aksi terorisme.
Hanya saja, Bowdich belum bersedia untuk memberi kererangan lebih rinci mengenai bukti yang ditemukan FBI tersebut.
Di sisi lain, otoritas Amerika Serikat mengungkapkan dalam aksi penembakan masal, pasangan suami dan istri ini menembakkan 75 peluru di pusat pelayanan sosial Kota San Bernardino sebelum kabur. Penembakkan tersebut kemudian menyebabkan 14 orang tewas dan 17 lainnya luka.
Pascatewasnya sepasang suami dan istri ini, otoritas Amerika Serikat juga mengatakan mereka menemukan lebih dari 1.600 peluru yang dimiliki keduanya. Di samping itu, otoritas Amerika Serikat menemukan 12 bom berbentuk pipa dan lebih dari 4.500 peluru di rumah sepasang suami dan istri tersebut.
Temuan lain yang mengarah pada kesimpulan bahwa aksi penembakkan masal di California tersebut aksi terorisme ialah perilaku keduanya pada akun Facebook. Salah satu pegawai Facebook mengungkapkan sang istri, Tashfeen Malik, memposting pujian bagi pemimpin ISIS di hari yang sama dengan insiden penembakan massal, Rabu (2/12).
Pegawai Facebook ini juga menyatakan bahwa pihaknya baru menemukan akun Facebook pribadi milik Tashfeen pada Kamis kemarin. Setelah menemukan akun pribadi milik Tashfeen, pegawai Facebook tersebut mengatakan pihaknya segera memutus akses umum terhadap akun tersebut dan menyerahkan konten dalam akun tersebut untuk diperiksa pihak penegak hukum.
Secara terpisah, pada Kamis (3/12), petugas intelijen Amerika Serikat juga mengungkapkan indikasi keterkaitan sang suami, Syed Farook, dengan kelompok ekstremis Islam. Petugas intelijen tersebut mengatakan Syed melakukan kontak dengan kelompok ekstremis Islam melalui sosial media.
Baca juga: Dalam 6 Bulan, Politisi Australia Ajukan Klaim Tunjangan Rp 480 Miliar