REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Tenggara mencatat angka buta aksara di daerah itu sekitar 40 ribu orang yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten/kota.
"Saat ini angka buta aksara untuk Sultra masih dikategorikan tinggi mengingat ada sekitar 40 ribu masyarakat masih belum bisa membaca atau buta aksara. Tetapi itu sudah menurun dari dua tahun sebelumnya yang mencapai angka 75 ribu orang," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sultra Damsid usai menghadiri puncak peringatan hari aksara Internasional (HAI) Ke-50 tingkat Sultra di Kendari, Selasa (8/12).
Ia mengatakan usia warga penyandang buta aksara tersebut berkisar antara 15-59 tahun. "Kalau kita melihat penyebabnya sehingga mereka buta aksara sangat beragam. Untuk mereka yang berusia 15 tahun diakibatkan karena putus sekolah namun saat berhenti belum pandai membaca dan menulis," katanya.
Menurut dia, rata-rata tidak pernah mengenyam bangku pendidikan terutama mereka yang berdomisili di daerah pelosok atau daerah terpencil. Pemerintah Sultra kata Damsid, terus melakukan terobosan dan upaya untuk memberantas buta aksara di daerah penghasil tambang tersebut, salah satunya melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
Dia mengaku, pihaknya telah memiliki program tetap untuk menekan tingginya angka buta aksara itu yakni dengan program BOP Buta Aksara. "Tahun ini telah disiapkan delapan ribu masyarakat yang akan diberikan pembinaan buta aksara dengan biaya Rp 360 ribu perorang dengan total anggaran keseluruhan sekitar Rp 3 miliar yang berasal dari APBD Provinsi Sultra," katanya.