REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Presiden Islamic Center Canberra, Australia Azra Khan mengatakan usulan Donald Trump yang melarang umat Islam masuk ke AS merupakan solusi yang salah dalam menanggapi serangan di San Bernardino, California pekan lalu. Usulan Trump ini justru menyulut ketegangan dengan Muslim.
"Dia lebih baik memperbaiki situasi dengan mengajak warga AS untuk melarang tindakan terorisme. Ini justru akan membuat AS lebih aman," jelasnya seperti dilansir Associated Press (AP).
Senada dengan Azra Khan, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amidhan mengatakan pernyataan Trump salah besar. Selama ini justru umat Islam di seluruh dunia mengecam keras segala bentuk ekstremisme dan radikalisme.
"Dia seharusnya tak menutup mata bahwa sebagian besar umat muslim di dunai mengecam keras segala jenis ekstremisme dan radikalisme," ujar dia.
Sementara itu mantan Presiden Federasi Dewan Islam Australia, Ikebal Patel mengatakan Trump telah berusaha mengasingkan umat muslim tidak hanya di AS tetapi seluruh dunia. "Tindakan penyerangan tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun, tetapi dengan gerakan mengutuk seluruh umat Muslim dan mereka yang harus bertanggung jawab adalah tindakan yang konyol," kata dia.
Staf Kantor Syekhul Islam Thailand, Somchai Jewangma mengatakan AS memiliki kerja sama ekonomi dengan negara-negara Islam dan jutaan Muslim berada di AS. Pernyataan Trump merupakan kebijakan hanya untuk menyenangkan orang-orang yang tidak suka Muslim.
"Memang benar bahwa ada ekstremis Muslim, tetapi mereka tidak menjalankan aturan Islam dengan benar. Terdapat 1,7 miliar umat Islam di dunia, jika kami smeua uruk, lantas kami akan tinggal dimana," ujar dia.
Lagipula aturan masuk AS telah lama diperketat. Somchai harus diperiksa selama berbulan-bulan saat mengajukan visa AS.
Baca juga: PM Inggris: Donald Trump Memecah Belah AS