REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pendirian LP3M merupakan amanat Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar Agustus lalu. Lembaga ini secara khusus mengembangkan pesantren yang dikelola Muhammadiyah.
"Ini merupakan aspirasi teman-teman pondok pesantren pada pimpinan pusat. Saat muktamar lalu, para muktamirin sepakat untuk mendirikan lembaga atau majelis khusus yang menangani Pondok Pesantren Muhammadiyah," kata Ketua Umum Haedar Nashir, Ahad kemarin.
Dengan adanya lembaga ini, menurut Haedar, setidaknya ada beberapa tugas yang diemban, di antaranya mengidentifikasi pesantren mana saja yang berdiri di bawah Persyarikatan Muhammadiyah.(Baca: LP3M Garda Terdepan Pembentuk Kader Ulama)
"Kan ada beberapa pesantren yang langsung didirikan PP Muhammadiyah, ada pula yang didirikan PWM (Pengurus Wilayah Muhammadiyah) dan PCM (Pengurus Cabang Muhammadiyah)," ujarnya.
Selain itu, LP3M juga perlu mengidentifikasi pesantren mana saja yang didirikan oleh perseorangan, namun kulturnya Muhammadiyah. "Bisa saja itu orang yang pernah bersekolah di Muhammadiyah atau mantan pengurus yang kemudian mendirikan pesantren," kata Haedar.
Tugas LP3M lainnya, menentukan corak atau karakter pendidikan pesantren. Ia mencontohkan saat pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan mendirikan sekolah, ia memotong mata rantai pesantren tradisional yang saat itu berkembang.
"Pesantren pada masa itu hanya mengajarkan ilmu agama, sementara yang mengajarkan ilmu-ilmu sains hanya sekolah milik Belanda. Kala itu, Ahmad Dahlan mencoba mengintegrasikan dua ilmu tersebut dalam sekolahnya," kata dia.
Tugas penting lainnya, kata Haedar, menguatkan SDM, terutama pengajarnya, baik guru maupun kiainya. Guru-guru dan kiai di Muhammadiyah banyak memiliki jaringan dan relasi yang luas. "Jaringan itulah yang harusnya dikembangkan untuk pengembangan pesantrennya ke depan," katanya.