Selasa 22 Dec 2015 12:41 WIB

Pengungsi Anak Burundi, Berpisah dari Orang Tua demi Selamatkan Diri

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ani Nursalikah
Eliose Kabule (16 tahun), kiri dan sepupunya Fulpence Ndikumwenayo (18) dari Burundi terpaksa melarikan diri dan berpisah dari orang tua demi menghindari kekerasan.
Foto:

Menatap sandal kuningnya, Kabule ingat bagaimana sekelompok anak muda mendirikan blok jalan darurat dan menargetkan mereka yang diduga pendukung oposisi di desa Kilama.

"Imbonerakure adalah tentara di desa kami. Mereka berdiri di jalan-jalan memukuli orang dengan tongkat jika mereka berpikir orang tersebut mendukung oposisi. Mereka tidak peduli tentang suku anda, tetapi peduli dengan apakah anda mendukung partai pemerintah atau tidak," kata Kabule.

Imbonerakure menolak tuduhan mereka melakukan pelanggaran. Mereka beralasan hanya sebagai sayap pemuda dari Dewan Nasional Presiden untuk Pertahanan Demokrasi. Namun PBB menggambarkan mereka sebagai milisi. Bahkan kelompok hak asasi manusia internasional menuduh Imbonerakure menjadi kekuatan utama dalam kekerasan yang sedang berlangsung dan telah menewaskan sedikitnya 240 orang.

Dari sekitar 240 ribu pengungsi Burundi, ribuan di antaranya anak-anak tanpa disertai orang tua atau wali. Sedikitnya 2.600 dari mereka berada di kamp pengungsi Nyarugusu. Di Nduta yang dibuka pada Oktober, sudah lebih dari 400 pemuda di bawah usia 18 tiba tanpa orang tua atau wali.

Sejauh ini, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) bekerja sama dengan Komite Internasional Palang Merah dan Kementerian Dalam Negeri Tanzania telah berhasil menyatukan kembali setidaknya 48 anak-anak dengan keluarga mereka di negara ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement