REPUBLIKA.CO.ID,BANYUWANGI -- Investor asal Jepang akan menanamkan modalnya sekitar Rp 50 miliar untuk pengembangan ikan sidat di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi Agus Siswanto menjelaskan izin investasi itu telah masuk di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Banyuwangi serta sudah memiliki izin prinsip dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
"Saat ini sedang dalam proses pembebasan lahan seluas tiga hektare di Kecamatan Srono. Investor tersebut juga sudah menggandeng kontraktor lokal untuk membangun konstruksi," katanya di Banyuwangi, Jumat (25/12).
Menurut dia, ikan sidat merupakan salah satu komoditas unggulan sektor perikanan di Banyuwangi. Ikan sidat dari Banyuwangi kini sudah diekspor ke berbagai negara, dari Jepang hingga ke Timur Tengah.
Agus mengatakan Banyuwangi juga telah ditunjuk oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai daerah proyek percontohan taman teknologi (technopark) untuk pengembangan budi daya sidat. Technopark ini merupakan program pembangunan kawasan pengembangan teknologi dan inovasi sekaligus sarana pendidikan dan pelatihan para nelayan atau pembudidaya ikan.
Banyuwangi, katanya, akan menjadi tempat pembesaran sidat atau inkubasi yang memiliki fasilitas lengkap, mulai kolam hingga teknologi pembesaran yang dibimbing oleh ahli budi daya kelautan dan perikanan.
Agus menjelaskan Banyuwangi dipilih karena secara alami kualitas air bakunya sangat cocok untuk budi daya perikanan, termasuk sidat. Di Banyuwangi, kualitas air per 25 miligram sampel hanya mengandung 10 ribu koloni bakteri, sedangkan di daerah lain di atas angka tersebut.
Menurut dia, budi daya sidat saat ini memiliki prospek yang bagus lantaran pasar internasional terbuka lebar. Sidat menjadi primadona di sejumlah negara karena kandungan protein dan gizinya yang tinggi dan tidak dimiliki jenis ikan yang lain. "Permintaan ikan sidat sangat tinggi. Pemkab Banyuwangi juga terus mendorong agar pembudidaya ikan bisa menangkap peluang ini dengan terus memberikan pelatihan melalui dinas terkait. Alhamdulillah, sudah ada banyak pembudidaya ikan di Banyuwangi yang mengembangkannya," tutur Agus.
Dia menambahkan, ekspor ikan dari Banyuwangi pada 2014 mencapai 22.639 ton dengan nilai 159,127 ribu Dolar AS. Komoditas utama ekspor tersebut masih didominasi oleh udang. Secara volume, ekspor 2014 tumbuh tipis dari ekspor 2013 yang sebesar 22.590 ton.
"Namun, secara jumlah pertumbuhannya cukup signifikan dibanding nilai ekspor 2013 yang sebesar 130,885 ribu dolar AS. Itu karena ada kenaikan harga komoditas ikan di pasar ekspor," kata Agus.