REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus penembakan terhadap aparat keamanan di Papua, baik terhadap Polri dan TNI terus terjadi. Korban tewas dan luka pun berjatuhan dari waktu ke waktu. Tahun 2015 ini ada tiga kasus penembakan yg dilakukan orang tak dikenal di papua. Dua peristiwa dialami polisi dan satu TNI.
"Kasus penembakan di Polsek Sinak menunjukkan betapa rawannya Papua terhadap keselamatan anggota aparat keamanan sehingga aparat tidak boleh lengah saat bertugas di Papua," kata Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW) Neta S Pane kepada Republika.co.id, Senin (28/12).
Penyerang Polsek Sinak Papua untuk Merampas Senjata
Ironisnya, ujar Neta, meski kasus-kasus penembakan terus terjadi, Polri tidak kunjung mampu mengungkap pelakunya. Medan yang sulit, peralatan terbatas dan personel yang tidak memadai membuat Polri kesulitan mengungkap kasus-kasus penembakan, terutama yang dialami personelnya.
Bagaimana pun, lanjutnya, pemerintah harus menyudahi kasus-kasus penembakan di Papua. Salah satunya dengan cara lokasi-lokasi rawan di Papua seperti Kabupaten Puncak harus segera dijadikan pusat latihan TNI.
"Dengan adanya TNI yang latihan di kawasan itu otomatis para orang tak dikenal (OTK) bersenjata akan berpikir dua kali untuk beraksi karena mereka akan berhadapan dengan TNI," ujarnya.
Akibatnya para OTK akan turun gunung. Begitu mereka turun, saat itulah Polri bertindak menangkap mereka dan memprosesnya secara hukum. Berbagai upaya harus dilakukan untuk menghentikan teror penembakan di Papua.