REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Uji bom nuklir jenis hidrogen yang dilakukan Korea Utara pada Rabu (6/1) telah memicu banyak kecaman dari negara dunia. Skeptisisme juga terus bermunculan dari masyarakat dunia ihwal tes bom hidrogen yang diakukan Korea Utara di bawah tanah tersebut.
Sejak 2006, Korea Utara (Korut) dinilai telah melakukan uji coba nuklir sebanyak empat kali. Seperti dilansir BBC pada Kamis (7/1), kemampuan nuklir Korut pun terus meningkat dari waktu ke waktu.
Meski kemampuannya sudah cukup canggih, pertanyaan terhadap nuklir milik Korut ini terus bermunculan dari para ahli nuklir dunia. Mereka masih mempertanyakan seberapa besar dampak yang dialami dengan ledakan dari bom hidrogen tersebut.
Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon sebelumnya juga telah mengutuk uji nuklir Korut tersebut. Dia menganggap tindakan Korut ini bisa memicu ketidakstabilan untuk keamanan regional. Saat ini, Dewan Keamanan PBB juga tengah mengadakan pertemuan darurat dari kejadian tersebut.
Sementara itu, Pemerintah Korea Selatan juga telah menilai tindakan Korut sebagai provokasi yang cukup serius. Mereka sulit percaya bahwa yang diuji itu adalah bom hidrogen.
Pemerintah Amerika Serikat juga mengungkapkan, akan merespons dengan tepat untuk setiap dan semua provokasi yang dilakukan Korea Utara. Rusia juga menganggap tindakan Korut sebagai pelanggaran berat hukum internasional. Oleh sebab itu, pihaknya menyerukan dimulainya pembicaraan kembali.
Bom hidrogen dianggap lebih kuat dan berteknologi maju daripada senjata atom pada umumnya. Bom atom sendiri mampu menghancurkan dua kota di Jepang pada Perang Dunia Kedua.