REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekerasan terhadap anak kembali terjadi di Jakarta. Kali ini pelakunya oknum marinir yang diduga kuat memukuli seorang bocah karena dianggap mencuri burung.
Korban T (12) sampai harus dirawat di salah satu rumah sakit di Pondok Labu, Jakarta Selatan. Wakil Ketua Komite III DPD yang membidangi persoalan perlindungan anak, Fahira Idris mengecam kekerasan yang dilakukan oknum marinir ini dan mendesak pelaku diberi sanksi berat.
"Bagi kita semua, khususnya Korps Marinir, ini sangat memalukan. Perisitiwa ini mencoreng wibawa mirinir dan melecehkan martabat anak yang oleh konsititusi dilindungi oleh negara," ujarnya dalam siaran pers, belum lama ini.
Fahira meminta TNI AL mengusut tuntas kasus ini dan hasilnya diumumkan ke publik. Jika terbukti, pelaku harus diberi sanksi berat.
Fahira mengatakan perisitiwa ini menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat Indonesia terhadap perlindungan anak masih sangat rendah. Bahkan sekelas anggota mirinir sekalipun yang seharusnya menjadi pelindung masyarakat, malah diduga menjadi pelaku tindak kekerasan terhadap anak. Menurut dia, peristiwa ini benar-benar di luar akal sehat.
"Saya penasaran apa yang ada di dalam benak oknum marinir tersebut saat memukuli bocah yang dituduhnya mencuri burung itu. Jangan-jangan karena korban masih anak-anak dianggap tidak akan menjadi masalah walau dianiayai sampai luka," kata senator asal Jakarta ini. Konsep berpikir seperti itu yang membuat tindak kekerasan terhadap anak semakin maraknya saja.
Komite III DPD akan mengawal kasus ini hingga benar-benar selesai dan pelaku mendapat sanksi sesuai dengan tindakan yang dilakukannya. Korps Marinir harus bisa mengangkat kembali wibawa dan kepercayaan publik yang tercoreng akibat peristiwa ini.
Menganiaya anak kecil, apapun kesalahan yang diperbuatnya, adalah tindakan pengecut. Menurut dia, tidak boleh ada orang-orang bermental pengecut di Korp Mirinir yang kita cintai ini. Dia pun berharap TNI AL bertindak cepat dan tegas menyelesaikan kasus tersebut.