REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Sebuah poster yang menawarkan jasa konseling terhadap kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT), beredar di dunia maya. Jasa itu ditawarkan oleh sebuah kelompok yang mengatasnamakan mahasiswa-mahasiswa Universitas Indonesia (UI), yaitu Support Group and Resource Center on Sexuality Studies (SGRC) UI.
Bahkan, poster tersebut juga dilengkapi dengan testimoni dari sejumlah mahasiswa UI, yang merasa terbantu untuk mengakui perbedaan orientasi seksual mereka melalui jasa konseling tersebut. Setidaknya ada pengakuan dari dua mahasiswa dan dua alumnus UI yang tertera dalam poster tersebut.
Meski keberadaan Pusat Studi/Unit Kegiatan itu dibantah oleh pihak resmi UI, namun berdasarkan keterangan sejumlah mahasiswa, keberadaan komunitas LGBT di kampus UI, termasuk di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI.
Baca: Muhammadiyah: LGBT Bukan Hak Asasi
Menurut Nico Adityo (22 tahun), diantara mahasiswa-mahasiswa sendiri memang ada yang memiliki perbedaan orientasi seksual. Kondisi itu pun terlihat dari gaya bicara, bahasa tubuh, dan postingan-postingan di media sosial. "Walaupun dia nggak ngaku langsung, tapi kelihatan dari gayanya dia. Malahan dia pernah nanya soal cowok ganteng gitu di kelas," kata Nico kepada Republika, Kamis (21/1).
Tidak hanya itu, Nico mengungkapkan, sebenarnya komunitas LGBT di FISIP sendiri sudah ada. Meskipun dalam pergerakannya, komunitas tersebut memiliki bahasa-bahasa dan kode-kode tersendiri. Nico pun menyebut salah satu tempat di FISIP yang biasa mereka gunakan untuk berkumpul.
Baca: Ade Armando: Allah tidak Mengharamkan LGBT!
Nico mengaku juga sempat mendengar soal komunitas ini dari para senior-seniornya di kampus. Namun, selama ini, 'aksi' yang dilakukan oleh kaum LGBT di FISIP tidak dilakukan secara terbuka dan frontal. "Sebenarnya komunitasnya juga sudah ada, tapi sembunyi-sembunyi dan mereka punya kode-kode sendiri," kata mahasiswa jurusan Administrasi Negara tersebut.
Kendati begitu, Nico mengungkapkan, selama dia berkuliah, tidak pernah ada kampanye-kampanye soal pro-LGBT di kampus UI. Termasuk dengan diskusi-diskusi yang membahas soal LGBT di lingkungan kampus FISIP.
Sementara terkait soal penerimaan LGBT, Nico menilai, kecenderungan perubahan orientasi seksual merupakan urusan masing-masing individu dan personal. "Namun, jadi berbeda, kalau dia udah mulai nyoba goda-godain terus maksa-maksa," kata Nico.
Hal senada disampaikan mahasiswa jurusan Ilmu Politik, Farhan Daelami. Menurutnya, persoalan kecenderungan perubahan orientasi seksual merupakan hak dari masing-masing individu. Namun, kebebasan ini bisa membatasi kebebasan orang lain, misalnya dalam bentuk paksaan ataupun menyebarkan LGBT tersebut.
Farhan pun tidak menampik, jika mahasiswa UI ada yang memiliki perbedaan orientasi seksual, dalam hal ini menjadi bagian dari kaum LGBT. "Ya harus diakui, memang ada mahasiswa yang seperti itu," kata Farhan kepada Republika.
Baca: LGBT support campaign by UI students stirs social media
Terkait potensi penyebaran LGBT di kampus, Farhan menilai, seharusnya tindakan ada langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan sejumlah pihak, seperti lembaga-lembaga dakwah kampus. Pencegahan tersebut dapat berupa diskusi-diskusi yang sifatnya objektif mengenai pemahaman sikap terhadap LGBT.
"Bisa buat diskusi, tapi mesti objektif, jangan ada keberpihakan," katanya mahasiswa angkatan 2011 tersebut.