Jumat 22 Jan 2016 19:23 WIB

Enam Tuntutan Keluarga Korban Gafatar

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Karta Raharja Ucu
Seorang prajurit TNI menyaksikan permukiman eks-Gafatar yang dibakar massa di kawasan Monton Panjang, Dusun Pangsuma, Desa Antibar, Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, Kalbar, Selasa (19/1). (Antara/Jessica Helena Wuysang)
Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
Seorang prajurit TNI menyaksikan permukiman eks-Gafatar yang dibakar massa di kawasan Monton Panjang, Dusun Pangsuma, Desa Antibar, Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, Kalbar, Selasa (19/1). (Antara/Jessica Helena Wuysang)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Keluarga korban mantan anggota Gafatar yang tergabung dalam Forum Silaturahim Keluarga Korban Gafatar mendorong pemerintah segera mengusut korban organisasi tersebut. Mereka meminta Kepolisian dan aparat terkait mencari anggota keluarga yang diduga menjadi pengikut Gafatar.

Saat melakukan audiensi dengan DPRD DIY di ruang lobby DPRD DIY, Jumat (22/1), keluarga menyatakan sikap dan permintaan kepada pemerintah. Koordinator Forum Silaturahmi Keluarga Korban Gafatar Mohammad Naiem mengatakan, enam tuntutan keluarga yakni:

1. Meminta DPRD DIY agar lebih proaktif  dalam mendorong pemerintah melalui kepolisian dan aparat yang lain agar proses pencarian keluarga yang hilang bisa lebih cepat dan efektif.

2. Meminta DPRD memastikan agar pemerintah daerah membantu proses penjemputan anggota keluarga yang pergi dari keluarganya dari tempat dia ditemukan sampai ke keluarga masing-masing dengan selamat.

3. Meminta DPRD agar mendorong pemerintah dan pihak terkait termasuk perguruan tinggi, pesantren , ormas dan kelompok masyarakat lain agar membantu proses rehabilitasi para korban secara baik dan benar dan mendapatkan bantuan penddampingan hukum jika dibutuhkan.

4. Meminta DPRD agar memanggil tokoh dan pengurus Gafatar di DIY terkait hilangnya raturan anggota masyarakat DIY meskipun organisasi sudah bubar dan berganti nama.

5. DPRD agar mendesak pemerintah pusat untuk membentuk tim khusus untuk menyelidiki fenomena hilangnya ratusan anggota masyarakat.

6. Penyelidikan menyeluruh atas musibah ini diperlukan agar di kemudian hari tidak lagi ada organisasi tertutup yang berlindung di bawah payung konstitusi dan HAM, merekrut massa secara bebas, namun kemudian terbukti menciptakan penderitaan pada keluarga dan memecah keluarga yang harmonis.

Fikri Hanum, mahasiswa UNY mengaku kehilangan adik satu-satunya, Silvi Noor Fitria (20 tahun) yang merupakan mahasiswi UNS Jurusan Teknik Perencanaan semester V.

"Adik saya hilang sejak 6 Desember 2015. Waktu itu mengirim surat kepada orangtua di Banjarnegara dan tantenya bahwa dia pergi karena mengikuti keyakinannya. Dan sejak itu tidak bisa dikontak sama sekali," kata dia kepada //Republika//.

Dia belum tahu adiknya saat ini di mana, tetapi dari daftar di salah satu media di Jawa Tengah, nama adiknya termasuk salah satu mantan anggota Gafatar yang tinggal di Kalimantan Barat. Dia berharap adiknya bisa segera ditemukan dan kembali berkumpul dengan keluarga.

(Baca Juga: Keluarga Korban Gafatar Minta DPRD DIY Proaktif)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement