Sabtu 23 Jan 2016 01:10 WIB

Butuh Kedewasaan Menanggapi LGBT

Rep: c32/ Red: Andi Nur Aminah
Kampanye LGBT di Kampus UI
Foto: sosial media
Kampanye LGBT di Kampus UI

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Komunitas SGRC UI beberapa waktu terakhir ini menghebohkan media sosial hingga menjadi perbincangan nyata. Hal tersebut disebabkan, komunitas tersebut memberikan jasa konseling mengenai lesbi, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).

Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI) Ida Ruwaida mempertanyakan mengapa banyak orang yang menghebohkan soal LGBT dengan kehadirannya SGCR. “Itu cuma masalah kelembagaan, kenapa memakai nama UI di belakangnya. Seandainya ada kerja sama kita juga harus tahu itu kelompok mana,” tutur Ida kepada Republikao.id Jumat (22/1).

Jika dikaitkan dengan LGBT, Ida tidak menganggap persoalan tersebut baru marak sekarang dengan hadirnya SGCR. Menurutnya persoalan LGBT sudah ada sejak lama dan bukan berarti dengan adanya SGCR maka merepresentasikan mahasiswa di UI seperti itu.

(Baca Juga: Kemenristek Dikti akan Kumpulkan Kampus Bahas LGBT) .

Ida berpendapat, persoalan seksualitan pada zaman sekarang ini sudah semakin terbuka di masyarakat semenjak era reformasi. “Sekarang ini orang sudah banyak terbuka membicarakan seksualitas yang dulu mungkin dianggap tabu,” tutur Ida. 

Bahkan menurutnya banyak media masa yang juga sudah mengangkat persoalan seksual sehingga sudah tak lagi dianggap tabu. Namun menurut Ida pembahasan soal seksual masih secara sempit saja sebatas keinginan untuk melakukan seks dan perilaku seksual. 

Selain itu, pembahasan mengenai bagaimana patner untuk melakukan hubungan seksual belum terjamah dan dibahas secara lengkap. “Masyarakat belum masuk kepada wilayah orientasi seksual seperti yang dialami oleh para LGBT,” ungkap Ida. 

Selama ini banyak masyarakat selalu menganggap hubungan seks yang baik secara heteroksesual. Sementara homoseksual dianggap seolah-olah menyimpang padahal secara psikologis mereka ada kajiannya.

Ida menuturkan ada tiga latar belakang mengapa seseorang berorientasi sebagai LGBT yaitu masalah organ, transgender, dan lingkungan. “Misalnya ada yang lahir dengan dua kelamin. Nah itu dokter pasti memeriksa apa hormon yang dominan dan selanjutnya akan disuntik hormon,” jelas Ida. 

Ada juga yang merasa laki-laki namun dalam dirinya pun merasa seperti perempuan. Kemudian menyukai laki-laki juga. Karena lingkungan yang terpengaruh mereka pun memilih sebagai LGBT.

Sementara itu menurutnya, banyak orang yang tidak mengetahui apa-apa dengan jelas soal fenomena sosial LGBT lalu menilai seenaknya. Bagi Ida butuh kedewasaan bagi masyarakat untuk menanggapi LGBT. Karena hal ini bukan suatu yang baru namun sudah menjadi fenomena sosial yang terjadi. 

“Kita tak lantas harus menghakimi, itu yang saya khawatirkan. Jika merasa LGBT menjadi tantangan bersama maka duduk saja bersama dan bicarakan dengan baik,” jelas Ida. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement