REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Para pedagang masakan padang sejak sepekan terakhir harus memutar otak agar warung makannya tidak merugi saat harga daging naik.
Ali Fatkhuri, pemilik warung makan Padang di Soreang, Kabupaten Bandung, menggunakan strategi andalan yang biasa digunakannya dalam bisnis masakan padangnya. Ia tidak menaikkan harga menu rendang di warung makan padangnya.
Cara Ali mengantisipasi kenaikan harga daging dengan membuat potongan daging lebih banyak dari biasanya. Satu kilogram daging sapi biasa ia bagi menjadi 20 potongan rendang. Ini kalau harga dagingnya masih di kisaran Rp 100 ribu per kilogram.
Namun, dalam kondisi harga daging sapi yang sudah menyentuh Rp 120 ribu di Pasar Soreang, Kabupaten Bandung, Ali kini memotongnya menjadi 23 bagian. "Kalau saya, mainnya di potongan," tutur pria yang menikah dengan perempuan Padang ini, Senin (25/1).
Alasannya, kalau menaikkan harga makanan, perputaran balik modalnya menjadi lamban. Saat ini, Ali masih menjual rendang seperti sebelumnya, Rp 14 ribu termasuk nasi dan lalapnya. "Bukan berarti enggak laku, laku sih laku, tapi jadi lambat saja perputarannya," ujar dia. Apalagi, perputaran bisnis kuliner memang harus cepat.
Agar tidak merugi dalam kondisi saat ini, Ali menaikkan harga pada menu yang lain, seperti menu yang menggunakan bahan dasar telur. Ini sengaja agar konsumen pencinta rendang tidak kabur dan menjaga warungnya untuk tetap bertahan dalam gejolak harga daging sekarang.