REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Maraknya aliran sesat yang berkembang di masyarakat Indonesia dianggap sebagai bentuk sikap eskapisme atas kondisi yang terjadi di dalam negeri. Kondisi pemerintahan Indonesia dinilai tidak lagi memberikan harapan bagi kehidupan para penganut aliran menyimpang.
Hal tersebut disampaikan Sosiolog Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung Taufiq Rahman. Taufiq menilai ketertarikan penganut aliran sesat berawal dari kekecewaan terhadap pemerintahan yang tidak memberikan kenyamanan bagi mereka.
"Saya kita ini bentuk eskapisme yang seolah-olah apatis terhadap politik atau ekonomi juga tidak ada harapan jadi mereka menarik diri dan membuat kelompok tertentu yang berlatarbelakang gerakan keagamaan," katanya kepada Republika.co.id, Selasa (26/1).
Menurutnya, kekecewaan itu memberikan efek perlawanan. Mereka cenderung ingin menjadikan kondisi sesuai atas keinginannya. Ini terjadi sebagai dampak pembinaan keagamaan di kalangan masyarakat yang minim tokoh-tokoh panutan.
"Di Indonesia untuk saat ini pemuka agama yang menjadi panutan belum ada yang bisa menyasar ke masyarakat dengan menyesuaikan pada kondisi pemerintahan sekarang," ungkapnya. Akibatnya kajian keagamaan yang berkembang di masyarakt justru dimanfaatkan sebagai penyebaran aliran sesat oleh sebagian pihak-pihak yang ingin memberontak
Ia menyebutkan melihat kondisi perekonomian yang lemah semakin membuat masyarakat apatis. Mereka akhirnya didoktrin untuk menjadikan negara Indonesia sesuai pemahaman alirannya bernaung dengan maksud agar lebih sejahtera sesuai ajarannya.
"Mereka ingin membersihkan negara mulai dari dirinya kemudian keluarga dan membentuk masyarakat kecil.
Mereka mau mengembalikan negara dan memulai dari nol sesuai dengan paham mereka," ujarnya.
Karena itu, pemerintah harus bisa lebih memperhatikan warganya. Pemerintah diharapkan dapat menciptakan pemahaman dan sosialisasi kepada masyarakat bahwa Indonesia merupakan negara yang aman dan sejahtera. Bukan negara yang harus diperangi karena kekacauan.
Hal ini menurutnya akan memberikan perasaan aman dan nyaman yang dianggao mencegah keinginan seseorang untuk memberontak. "Intinya ini tugas para pemangku kepentingan untuk memberikan penerangan bahwa negara ini aman saja. Jadi ada harapan buat masyarakat untuk kemajuan hidup," katanya.
Tentunya peran ulama juga harus ditingkatkan. Memberikan pemahaman akan ajaran agama Islam yang sesungguhnya tanpa radikalisme adalah keyakinan yang diridhoi Allah SWT.