Kamis 28 Jan 2016 18:56 WIB

Tampung Eks Gafatar, Adhyaksa Dault: Pramuka Siap Jalankan Revolusi Mental

Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Adhyaksa Dault, saat menerima pemulangan eks Gafatar dari Kalimantan Barat untuk diungsikan ke Taman Wiladatika Cibubur, Kamis (28/1).
Foto: istimewa
Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Adhyaksa Dault, saat menerima pemulangan eks Gafatar dari Kalimantan Barat untuk diungsikan ke Taman Wiladatika Cibubur, Kamis (28/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Adhyaksa Dault mengungkapkan bahwa Pramuka siap menjalankan revolusi mental untuk menangkal paham-paham radikal seperti Gerakan Fajar Nusantara. Pramuka juga siap memberikan pendekatan secara psikologis kepada mereka yang saat ini diungsikan di Taman Wiladatika Cibubur.

"Pramuka ini penting untuk anak-anak generasi muda, karena ada dasadarma pramuka. Ini yang kita himbau kepada pemerintah, bahwa jika bicara revolusi mental, pramuka paling siap, pertanyaannya apakah pemerintah siap bantu kita?" kata Adhyaksa dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (28/1).

Adhyaksa juga menuturkan bahwa Pramuka harus dipahami secara utuh, sebab pada dasarnya Pramuka mampu menangkal paham-paham tertentu karena memiliki 10 dasar yang disebut Dasa Dharma. Isi dalam Dasa Dharma tersebut mencakup takwa, cinta, patriot, patuh, rela, rajin, hemat, disiplin, bertanggung jawab, dan suci.

Sementara itu, Adhyaksa menjelaskan bahwa eks Gafatar harus diperlakukan secara baik dan mendapatkan perhatian lebih secara psikologis. Ini penting untuk memberikan pemahaman bahwasannya mereka adalah bagian dari bangsa Indonesia.

"Gafatar perlu perhatian khusus, takutnya seperti gunung es. Mereka (eks Gafatar) itu bagian dari bangsa kita yang harus diluruskan, jangan dijauhkan," ujar Adhyaksa.

Adhyaksa menyebut, motivasi eks Gafatar adalah ingin mencari kehidupan yang lebih baik atas dasar adanya kesenjangan, baik secara sosial maupun ekonomi. "Ini mesti disadarkan, mereka tidak punya apa-apa lagi. Pengungsi ini sebenarnya yang khusus, dipaksakan karena mereka tidak mau keluar," ujarnya.

Namun demikian, Adhyaksa menyesalkan tindakan yang diambil oleh masyarakat sekitar yang secara anarkis mengusir eks Gafatar dengan membakar permukiman. Pembakaran yang dilakukan masyarakat tersebut dianggap sebagai luapan kemarahan masyarakat sekitar yang mendapatkan informasi dari media terkait adanya gerakan menyimpang dari Gafatar.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement