Jumat 29 Jan 2016 16:17 WIB

Bandara Soekarno-Hatta Antisipasi Virus Zika

Rep: c35/ Red: Teguh Firmansyah
Gigitan nyamuk dengan pembawa virus zika jadi penyebab munculnya penyakit.
Foto: wikipedia
Gigitan nyamuk dengan pembawa virus zika jadi penyebab munculnya penyakit.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Kantor Kesehatan Bandara Internasional Soekarno - Hatta (Soetta) sudah melakukan antisipasi penyebaran virus Zika melalu nyamuk Aedes Aegepty. Ini mengingat saat ini sedang memasuki musim penghujan.

Dr. Oenego Gumarang, Kepala Kantor Kesehatan Bandara Soetta menjelaskan virus Zika sebenarnya sudah ada sejak sekitar tahun 1974. Namun, karena virus juga dapat mengalami pasang surut penyebaran, maka wajar jika baru akhir-akhir ini virus tersebut kembali mewabah.

"Virus Zika juga disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegepty, ketika nyamuk tersebut menggigit seseorang yang sedang terkena virus Zika, kemudian nyamuk itu menggigit orang lain, maka orang itu akan tertular virus Zika yang dibawa oleh nyamuk dari orang yang digigitnya sebelumnya," demikian Dr. Oenego menjelaskan penyebaran virus Zika kepada Republika.co.id di Kantor Kesehatan Bandara Soetta, Tangerang, Jumat (29/1).

Dr. Oenego mengungkapkan, bentuk antisipasi yang dilakukan Bandara adalah melakukan sosialisasi pemberantasan sarang nyamuk terhadap seluruh pemangku kebijakan.  Sosialisasi tersebut dilaksanakan pada awal Januari tahun ini.

Tidak hanya itu, Kantor Kesehatan Bandara Soetta juga membentuk tim Juru pemantau jentik (Jumantik) yang dilatih khusus untuk memantau jentik-jentik nyamuk di area bandara.

Untuk angkatan pertama yang diberikan pelatihan pada awal Januari ini sebanyak 23 orang. Dengan asumsi satu titik potensial perkembangbiakan nyamuk diawasi oleh satu Jumantik profesional tersebut.

Tim profesional yang dibentuk untuk memantau jentik-jentik nyamuk tersebut diharuskan membuat pelaporam secara berkala kepada Kantor Kesehatan Bandara Soetta. Sehingga setelah adanya laporan tersebut dilakukan pembasmian jentik-jentik nyamuk atau abatisasi. Laporan tersebut berguna untuk mengetahui titik mana saja yang perlu untuk dilakukan abatisasi.

Baca juga, Pengembangan Vaksin Zika Butuh Waktu 3-5 Tahun.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement