REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Informasi Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Mulyono R Prabowo meminta masyarakat yang ada di Pulau Jawa mewaspadai berbagai potensi merugikan akibat cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan.
"BMKG mengimbau masyarakat agar mewaspadai peluang cuaca ekstrem terutama bagi wilayah yang rawan terdampak kejadian banjir, tanah longsor, pohon tumbang, banjir bandang di daerah dataran tinggi serta fenomena lainnya yang bersifat merusak," kata Prabowo di Jakarta, Senin (1/2).
Peringatan kewaspadaan juga ditujukan kepada seluruh pengelola dan pengguna jasa transportasi baik darat, laut maupun udara. Tujuan dari peringatan ini masyarakat lebih siaga dan selalu memperbarui informasi cuaca terkini melalui BMKG setempat.
Selain itu masyarakat agar tidak memaksakan melakukan perjalanan ketika berpeluang terjadi cuaca buruk dan gelombang tinggi laut di sepanjang jalur perjalanan.
BMKG memperkirakan dalam sepekan ke depan potensi hujan akan semakin meningkat khususnya di Jawa hingga Nusa Tenggara. Adanya daerah bertekanan rendah di utara Australia memberikan pengaruh tidak langsung di Indonesia dengan awan hujan akan semakin banyak terbentuk.
Kondisi tersebut mengakibatkan munculnya hujan lebat yang akan dominan terjadi khususnya di wilayah Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Bali dan kawasan Nusa Tenggara. Seiring dengan hal tersebut diperkirakan potensi angin kencang, petir dan hujan es juga akan terjadi di beberapa wilayah.
Wilayah Jakarta dan sekitarnya, kata dia, diperkirakan juga akan mengalami peningkatan curah hujan dalam seminggu ke depan dengan hujan cenderung berpeluang terjadi pada pagi dan muncul kembali pada sore hari dengan intensitas bervariasi antara sedang-lebat.
"Terutama di akhir pekan nanti di mana daerah sekitar Jabodetabek juga menunjukkan peluang hujan yang cukup tinggi," kata dia.
Pada awal Februari 2016 ini, lanjut dia, sebagian wilayah Indonesia sedang dalam masa puncak musim hujan. Kondisi atmosfer juga menunjukkan berbagai fenomena yang mendukung pembentukan awan hujan yang lebih intensif dalam beberapa waktu ke depan.
Hal itu ditandai dengan kondisi musim atau monsoon Asia yang intensif disertai kondisi seruakan dingin (masuknya massa udara dingin) yang terindikasi menguat. Bersamaan dengan itu juga diikuti dengan fase basah dari fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang memasuki wilayah kontinen maritim, termasuk Indonesia. Selain itu, daerah pertemuan massa udara terpantau terbentuk di sekitar Jawa hingga NTT.