REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Peluncur rudal Korea Utara (Korut) yang membawa rudal balistik terlihat bergerak dekat pantai timur. Kementerian Pertahanan Korea Selatan dan media Jepang juga melihat adanya aktivitas peluncuran roket di pantai barat, Kamis (4/2).
Korut menyatakan rencananya untuk meluncurkan roket dari pangkalan Dongchang-ri di barat laut negara itu pada 8 dan 25 Februari. Tindakan Korut ini jelas mengembangkan tekanan internasional untuk membatalkan rencana peluncuran roket Korut. Korea Selatan, Amerika Serikat (AS) dan yang lainnya mengatakan langkah Korut tersebut akan menjadi uji rudal yang bisa menyerang daratan AS.
Pekan ini, Cina mengirim seorang pejabat tinggi ke Korut yang menggemakan adanya kekhawatiran internasional.
Belum lama ini, gambar satelit terbaru menunjukkan adanya peningkatan jumlah kendaraan di stasiun peluncuran Sohae, Korut pada 1 Februari dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Menurut laman Korut 38 North yang dijalankan Institut AS-Korea di John Hopkins School of Advanced International Studies, hal ini menunjukkan Korut sedang mempersiapkan peluncuran dalam pekan mendatang.
Para pejabat Korsel dan AS menilai peluncuran akan mengancam keamanan regional dan melangar resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang Korut melakukan kegiatan nuklir dan balistik. Prancis selaku anggota DK PBB menyuarakan keprihatinan tentang laporan Korut yang sedang mempersiapkan uji balistik. Prancis mendesak negara itu untuk menghindari langkah yang bisa menyulut ketegangan di wilayah tersebut.
"Kami menyerukan Korea Utara untuk menjauhkan diri dari setiap gerakan yang akan mengambil risiko lebih meningkatkan ketegangan regional dan untuk sepenuhnya dan segera menerapkan resolusi Dewan keamanan PBB," katanya.
Baca juga:
Jika Banding Ditolak, Pendiri WikiLeaks Rela Ditangkap Polisi
Patroli Australia di Laut Cina Selatan Kerap Bersinggungan dengan Cina