REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan tren pertumbuhan industri elektronika dalam negeri masih positif meskipun kondisinya lesu.
"Di dalam dan luar negeri terjadi penurunan permintaan alat-alat elektronika. Namun, secara nilai, pertumbuhannya di Indonesia masih positif," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Haris Munandar di Jakarta, Jumat (5/2).
Kemenperin menyampaikan hal tersebut terkait dengan beredarnya berita dua pabrik elektronika asal Jepang, yakni Panasonic dan Toshiba, yang dianggap menutup pabrik, padahal keduanya merestrukturisasi usaha. Lesunya permintaan elektronika dari dalam maupun luar negeri, menurut Haris, dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global yang masih lemah.
"Meskipun lesu, industri elektronika tetap tumbuh," ungkap Haris.
Menurut data Kemenperin, industri elektronika dan telematika tumbuh rata-rata 2,5 persen sejak 2012 hingga 2015. Nilai investasi industri elektronika dan telematika mencapai 6,6 miliar dolar AS pada tahun 2015. Angka tersebut naik dibanding 2014 yang mencapai 5,9 miliar dolar AS.
Peningkatan tersebut berasal dari kontribusi besar produk elektronika konsumsi sebesar 2,4 miliar dolar AS, disusul produk telematika sebesar 5,5 juta dolar AS dan produk komponen sebesar 3,6 miliar dolar AS.
Di sisi lain, tenaga kerja di sektor ini juga bertambah sebanyak 499 orang pada tahun 2015 atau naik dibandingkan tahun sebelumnya yang angkanya 488 orang.
Dengan kondisi demikian, Haris optimistis investasi maupun pertumbuhan industri elektronika di dalam negeri akan terus tumbuh. "Pasar kita menjanjikan, negara juga aman. Pasti investasi akan datang," ujarnya.