REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemprov Jabar, khawatir Gerakan Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) merasuk ke ranah parlemen dan kalangan politisi.
Oleh karena itu, Pemprov Jabar segera melakukan antisipasi dengan menggandeng Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) serta lembaga lainnya. Karena, gerakan ini cukup masif, bahkan sudah masuk di kalangan intelektual.
"LBGT ini gerakannya masif dan sudah masuk ke kalangan intelektual juga. Kalau dibiarkan ini bisa menjadi menjadi gerakan parlemen, mempengaruhi politisi juga. Inilah yang harus diantisipasi," ujar Asisten Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Pemprov Jabar Ahmad Hadadi di Gedung Sate, Bandung, Selasa (9/2).
Menurut Hadapi, kekhawatiran itu muncul, karena melihat di negara-negara lain yang kini melegalkan LGBT. Bahkan sekitar 30 negara kini sudah mendukung, padahal sekitar 35 tahun lalu semuanya menolak keras gerakan tersebut.
"Malah kan sampai dimuat di media massa, ada seorang perdana menteri yang kawin dengan sesama jenisnya. Itu kan mengerikan," kata Hadadi.
Baca juga, Ada Pihak Asing di Balik Homoseksual di Indonesia.
LGBT, kata dia, sudah masuk ranah intelektual, terbukti sudah ada komunitasnya di salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia. Tiap pekan komunitas ini melakukan pertemuan sampai kajian ilmiah seputar LGBT. "Di UI juga ada komunitas LGBT, namanya lupa saya," katanya.
Bahkan, kata dia, ada dosennya yang ikut di komunitasnya. Ia khawatir, nantinya komunitas tersebut diikuti juga oleh tokoh politik dan kaum intelektual.
Pemprov Jabar, kata dia, akan melakukan sejumlah langkah antisipasi, salah satunya di kalangan remaja. Setiap sekolah akan dianjurkan untuk melakukan kegiatan ekstra kurikuler keagamaan guna mencegah gerakan LGBT.