REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sineas Fajar Bustomi mengaku sangat tertarik saat kali pertama membaca naskah Jagoan Instan pada tahun 2008. Sebagai sutradara, ia terpikat dengan naskah yang ditulis Musfar Yasin tersebut.
"Dialog dan kritikannya mengajak kita merenung dan bercermin. Komedi satirenya seperti menertawakan kebobrokan-kebobrokan yang ada kenapa masih terus dibiarkan," ujar Fajar saat konferensi pers film Jagoan Instan di Bulungan, Jakarta, Rabu (10/2).
Lewat film yang bakal tayang di bioskop mulai 18 Februari 2016 tersebut, Fajar hendak menyampaikan kegelisahan pribadinya yang barangkali sama seperti mayoritas masyarakat Indonesia. Ia ingin segala permasalahan berlarut yang membelit bangsa ini cepat dituntaskan.
Fajar berucap, masalah yang tak kunjung henti terkadang membuatnya membatin bisa menjadi seorang superhero. Karena itulah, Jagoan Instan yang berasal dari manusia biasa diplot menjadi sosok yang telah lama dinantikan masyarakat untuk menyelesaikan segala permasalahan.
Menurutnya, film tersebut bisa menjadi tontonan keluarga yang menarik dan menanamkan nilai-nilai kejujuran. Selama atau usai menyaksikan film, ia yakin film itu bisa menimbulkan bahan diskusi dgn anak, ketika
"Karena itu sejak awal di-setting untuk semua umur, dari adegan, dialog, sampai cara mukulnya, dibuat seaman mungkin untuk ditonton anak-anak," ungkapnya.