Sabtu 13 Feb 2016 10:30 WIB

MUI: Maknai Positif Hari Valentine

Seorang Ibu menunjukkan cokelat yang menolak valentine di industri rumahan kawasan Jenggolo, Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (10/2).
Foto: Antara/Umarul Faruq
Seorang Ibu menunjukkan cokelat yang menolak valentine di industri rumahan kawasan Jenggolo, Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (10/2).

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Sulawesi Tengah, mengajak masyarakat di daerah itu untuk memaknai dan menyeberluaskan makna hari valentine ke ranah positif sesuai dengan konteks Islam.

"Valentine dimaknai sebagai hari kasih sayang, maka makna tersebut harus disebarluaskan dan diimplementasikan dalam tindakan positif yang sesuai dengan konteks Islam," kata Ketua MUI Kota Palu, Prof Dr Zainal Abidin, MAg, di Palu, Sabtu (13/2).

Dikatakannya, valentine yang digemari dan diimplementasikan oleh sebagian manusia, khususnya anak muda, memiliki makna positif, yaitu saling mengasihi dan menyayangi sesama manusia.

Saling mengasihi tersebut harus dimplementasikan oleh umat Islam terhadap sesama manusia agar mewujudkan kedamaian dan kerukunan yang didambakan oleh masyarakat Sulawesi Tengah.

Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu itu mengatakan, makna positif tersebut harus dikembangkan dan disebarluaskan sesuai dengan konteks Islam demi kerukunan umat manusia.

"Ada sisi positif yang terkandung dalam valentine, yaitu kasih sayang. Nah, kasih sayang harus disebarluaskan dan diimplementasikan oleh semua kalangan untuk mewujudkan kedamaian dalam kerukunan umat manusia," ujarnya.

Ia menegaskan, Islam sangat menganjurkan penganutnya untuk mengasihi dan menyayangi manusia tanpa harus melihat latar belakang agama, suku, dan ras yang ada dalam kehidupan. Oleh karena itu, kata dia, anjuran tersebut harus dilaksanakan oleh umat Islam agar hubungan antara sesama manusia dapat terjalin dengan baik sesuai dengan ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad SAW.

"Tidak ada salahnya bila kita mengambil sisi positif dari valentine tersebut, yaitu dengan mengimplementasikan kasih sayang sesuai dengan konteks Islam, seperti yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW," katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement