REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Sebuah pesawat tak berawak (drone) Amerika Serikat (AS) jatuh di sebuah lapangan udara di Afghanistan Selatan, Sabtu (20/2), malam.
‘’Tidak ada korban luka atau kerusakan dalam kecelakaan MQ-9 Reaper pada Sabtu malam,’’ kata juru bicara Air Expeditionary Wing 455 Kapten Bryan Bouchard, Ahad (21/2).
Ia menambahkan, kecelakaan itu terjadi di lapangan terbang Kandahar.
Otoritas Angkatan Udara AS berjanji akan menyelidiki penyebab kecelakaan itu. Tetapi mereka meyakini jatuhnya pesawat bukan karena faktor tembakan musuh.
Setelah mengakhiri misi tempur di Afghanistan pada tahun 2014, militer AS masih menggunakan serangan udara melalui pesawat untuk menargetkan tersangka anggota militan Alqaeda, kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), serta mendukung pasukan Afghanistan memerangi pemberontakan Taliban.
Salah satu yang digunakan adalah pesawat tak berawak. Biasanya, pesawat ini dikendalikan jarak jauh dari luar Afghanistan. Pesawat tak berawak ini telah memainkan peran dalam perang AS, bertindak sebagai pesawat mata-mata, dan meluncurkan rudal terhadap tersangka militan.
Pada bulan November 2015, Reaper lain beroperasi di Kandahar dan dipersenjatai dengan rudal. Pesawat itu benar-benar hancur ketika jatuh lebih dari 483 kilometer(300 mil) di timur laut pangkalan, daerah pegunungan. Penyebab kecelakaan tidak dipublikasikan, tetapi militer juga mengesampingkan dugaan penembakan sebagai faktor jatuhnya pesawat.
Reapers adalah pesawat tak berawak Angkatan Udara AS yang lebih besar dan lebih kuat dari drone sebelumnya, MQ-1 Predator.