REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Terdakwa Margariet Megawe divonis hukuman seumur hidup oleh Ketua Majelis Hakim Edward Harris Sinaga dalam sidang di Pengadilan Negeri Denpasar, Senin (29/2). Margriet divonis terkait kasus pembunuhan bocah cantik Engeline (8 tahun).
"Terdakwa terbukti bersalah secara sah dan meyakinkan melakukan pembunuhan berencana, eksploitasi anak secara ekonomi, memperlakukan anak secara diskriminatif," kata Ketua Majelis Hakim Edward Harris Sinaga, Senin (29/2).
Dalam sidang tersebut, hakim menjerat terdakwa yang juga merupakan ibu tiri Engeline dengan Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana, Pasal 76 I jo Pasal 88 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak atas perubahan perubahan UU Nomor 23 tahun 2002. Kemudian, Pasal 76 B jo Pasal 77 B Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014, Pasal 76 A huruf a jo Pasal 77 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak.
Vonis hakim yang diberikan kepada terdakwa tersebut sama dengan tuntutan yang diajukan tim jaksa penuntut umum (JPU) dalam sidang sebelumnya. Hal yang memberatkan hukuman terdakwa karena perbuatan terdakwa sadis pada anak yang mengakibatkan anak mati.
Mendengar putusan hakim tersebut, terdakwa melalui penasihat hukumnya Hotma Sitompoel menyatakan banding. Dalam dakwaan disebutkan bahwa terdakwa Margariet pada 15 Mei 2015 melakukan pemukulan terhadap korban hingga kedua telinga dan hidungnya mengeluarkan darah.
Kemudian, pada 16 Mei 2015 pukul 12.30 WITA, terdakwa Margariet memukul korban dengan tangan kosong dengan tangan dan membenturkan kepala korban ke tembok sehingga Engeline menangis. Margariet kemudian memanggil terdakwa Agustay menuju ke kamar terdakwa dan Agustay melihat ibu angkat Engeline itu sedang memegang rambut korban.
Selanjutnya, korban dibanting ke lantai dengan kepala bagian belakangnya membentur lantai sehingga korban pun terkulai lemas.
Margariet kemudian mengancam Agustay agar tidak memberi tahu kepada orang lain kalau dirinya memukul Engeline dan dijanjikan imbalan uang Rp 200 juta pada 24 Mei 2015 apabila mau mengikuti keinginannya. Terdakwa diminta Margriet untuk mengambil kain seprai dan seutas tali untuk diikat ke leher Engeline.
Kemudian, Agustay diperintahkan Margariet mengambil boneka Barbie milik Engeline dan meletakkannya ke dada korban. Margariet menyuruh terdakwa membuka baju dan meletakkannya di atas tubuh Engeline, kemudian menyuruh memperkosanya. Agustay menolak dan berlari ke kamarnya.
Agustay kemudian mencuci tangannya dan membuka celana pendeknya serta mengambil gorden warna merah yang diserahkan kepada terdakwa dan ditaruh di dekat korban. Kemudian, terdakwa menyuruh membakar rokok dan menyulutnya ke tubuh korban. Agustay tidak mau dan membuang rokok tersebut.