REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Banjir yang terjadi di beberapa daerah di Jabar, menyebabkan meluasnya lahan pertanian yang terendam. Terutama, di daerah pantai utara (Pantura).
Menurut Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jabar, Diden Trisnandi, berdasarkan laporan yang diterimanya hingga 29 Februari 2016, luas total lahan pertanian se-Jawa Barat, yang terendam mencapai sekitar 10.010 hektare. Dari luas tersebut, sekitar 2.194 hektare mengalami puso.
"Lahan puso yang paling luas ada di Indramayu. Dari luas lahan yang terendam 6.387 hektare, pusonya 1.596," ujar Diden kepada wartawan, Kamis (10/2).
Selain Indramayu, kata dia, daerah yang paling banyak lahan pusonya adalah Cirebon dari 854 lahan yang terendam, pusonya 355 hektare. Lahan di Karawang yang terendam seluas 810 hektare. Serta Subang, lahan yang terendam seluas 754 hektare dengan puso 241 hektare.
Menurut Diden, untuk mengatasi lahan yang terendam dan puso tersebut, Ia sedang berkoordinasi dengan Pusat yakni Kementerian Pertanian. Kalau ada yang daerah yang bisa dibantu benihnya, maka akan coba untuk dibantu. "Insya Allah sudah diajukan, benih sesuai kebutuhan di sana," katanya.
Nanti, kata dia, pengajuan bantun benih ke pusat tersebut sesuai permintaan per kabupaten. Jadi, pengadaannya berdasarkan usulan tersebut. "Kami tunggu pengajuan dari mereka takutnya ada yang sudah ditanam," katanya.
Menurut Diden, sebenarnya saat ini sudah ada benih padi yang lebih tahan terhadap banjir. Jadi, benih tersebut walaupun terendam sampai 3 hari masih bisa bertahan. "Ya, tahan banjir lah istilahnya, tapi ini masih dikembangkan. Kemarin kan kita malah menghadapi kekeringan," katanya.
Terkait bantuan traktor yang saat ini terhenti karena tersandung aturan baru tentang dana hibah, Diden mengatakan, program bantuan traktor tahun ini memang sudah tak ada lagi. Namun, Ia berharap tak akan mempengaruhi target produksi padi di Jabar. Karena, bantuan sebelumnya masih ada di setiap kelompok tani. Semua petani, bisa menggunakan secara bergilir.
"Kalau traktor tak terlalu berpengaruh, yang paling mempengaruhi produksi, biasanya banjir atau kekeringan," katanya.