Kamis 10 Mar 2016 19:04 WIB

Jangan Lawan Islamofobia dengan Kekerasan

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Achmad Syalaby
Mantan Perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad tampil sebagai keynote speaker pada acara Seminar Internasional menyambut Muktamar VIII 2016 dan Tasyakur Akbar Milad 35 tahun Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) dengan tema “Islam, Keadilan dan Perdamaian T
Foto: Republika/ Darmawan
Mantan Perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad tampil sebagai keynote speaker pada acara Seminar Internasional menyambut Muktamar VIII 2016 dan Tasyakur Akbar Milad 35 tahun Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) dengan tema “Islam, Keadilan dan Perdamaian T

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan penasehat Presiden Afrika Selatan Rydwan Rylans mengatakan, umat Islam harus melawan Islamofobia dengan cara-cara yang sesuai dengan ajaran Islam. “Sebagai Muslim kita tidak boleh melawan Islamofobia dengan cara kekerasan,” ujar Rydwan di Jakarta, Kamis (10/3).

Rydwan berbicara dalam acara Seminar Internasional “Islam, Keadilan dan Perdamaian: Transformasi Menuju Dunia Baru yang Berkeadilan” yang diadakan oleh Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT). Selain Rydwan, beberapa tokoh lain seperti mantan perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad menyampaikan pandangannya tentang reformasi umat Islam.

Rydwan menambahkan,  umat Islam harus menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang indah dan dirahmati oleh Allah SWT. Sebagai Muslim, menurut Rydwan, kita wajib menebar nilai-nilai perdamaian.

Pada dasarnya, Rydwan memaparkan, agama Islam adalah agama yang mengutamakan perdamaian bukan peperangan. Hal itu tidak hanya berlaku bagi sesama Muslim tetapi juga umat non Muslim.

Sementara itu, Mahathir Mohamad menjelaskan, Islam mengajarkan umatnya untuk saling menjaga persaudaraan dan tali silaturahim dengan sesama manusia khususnya sesama Muslim. Namun sebaliknya, yang terjadi di Timur Tengah, negara-negara yang notabene adalah negara Islam, justru saling membunuh dan menghancurkan dengan sesamanya. Masyarakatnya pun pergi dari negara mereka dan memilih untuk menetap di negara yang bukan Islam.  

Menurut dia, hal tersebut menunjukkan bahwa mereka yang mengaku Muslim tidak menjalankan agama Islam yang sebenarnya. Karena, Islam melarang umatnya untuk saling bermusuhan.

Untuk mencapai perdamaian, Mahathir melanjutkan, umat Islam harus mau mengevaluasi dan mengoreksi ke dalam diri masing-masing. Potret keburukan Islam saat ini sejatinya diciptakan oleh umat Islam itu sendiri. Mengoreksi diri, menurut Mahathir, jauh lebih baik daripada sibuk menyalahkan orang lain dalam hal ini orang-orang non Muslim.

“Kita harus kaji kembali perbuatan kita, kepercayaan kita, apakah sudah lurus atau masih melenceng,” kata Mahathir.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement