Sabtu 12 Mar 2016 18:24 WIB

Mentan Pantau Penyerapan Beras 17 Daerah

Rep: Riga Iman/ Red: Nur Aini
Menteri Pertanian Amran Sulaiman (kiri) melihat jenis padi hibrida yang akan dipanen di Desa Sukamandi, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Jumat (20/11).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Menteri Pertanian Amran Sulaiman (kiri) melihat jenis padi hibrida yang akan dipanen di Desa Sukamandi, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Jumat (20/11).

REPUBLIKA.CO.ID,SUKABUMI — Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman akan mengunjungi 17 daerah lumbung padi di Indonesia. Langkah tersebut untuk memantau penyerapan gabah hasil panen para petani pada musim puncak panen raya.

Hal ini disampaikan mentan pada saat peluncuran program serap gabah nasional di Desa Babakan, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (12/3). Kebijakan serap gabah (Sergab) tersebut untuk menjawab permasalahan anjloknya harga gabah di tingkat petani pada masa musim panen Maret dan April.

‘’Sukabumi Jawa Barat adalah daerah yang pertama didatangi untuk peluncuran program serap gabah nasional,’’ ujar Amran Sulaiman kepada wartawan di Sukabumi.

Selepas Jabar, Mentan juga akan langsung memantau penyerapan gabah di 17 daerah lumbung padi lainnya seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Pemantauan ini ungkap Amran, akan dilakukan dalam rentang waktu selama dua hingga tiga pekan. Pemantauan langsung ke lumbung padi nasional ini untuk merespon harga gabah yang turun.

Harga gabah di Sukabumi misalnya, kata Amran, di bawah harga pembelian pemerintah (HPP) yakni Rp 3.300 per kilogram. Padahal , HPP gabah kering panen (GKP) mencapai Rp 3.700 per kilogram di tingkat petani Kondisi ini mendapatkan perhatian dari pemerintah. Bahkan, Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan untuk menyerap seluruh gabah hasil panen petani.

Instruksi tersebut, ujar Amran, ditindaklanjut dengan membentuk tim gabungan pada Jumat (11/3) yang melibatkan beberapa instansi seperti Kementan, Bulog, Koperasi, Perdagangan, Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Polri, dan TNI. Tim tersebut langsung turun ke lapangan secara bersama-sama pada Sabtu (12/3) di Sukabumi, Jawa Barat.

Menurut Amran, tim tersebut mencapai sebanyak 100 ribu hingga 200 ribu orang di mana sebanyak 50 ribu diantaranya merupakan penyuluh pertanian lapangan (PPL).’’Kita akan menyelamatkan produksi gabah petani saat di panen puncak ini harga tidak boleh turun lagi,’’ cetus dia.

Amran menerangkan, PPL di seluruh Indonesia mulai bergerak bersama dengan pemerintah daerah serta Bulog dan BRI dalam menyerap gabah petani. Di mana, Bulog dan BRI siap membayar harga gabah secara tunai dalam jangka waktu 1 x 24 jam.

Anjloknya harga gabah ungkap Amran dikarenakan berbagai faktor. Salah satunya sesuai dengan prediksi Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan ada kenaikan produksi pada 2015.‘’Pasokan beras ke sejumlah pasar induk seperti Cipinang mencapai 100 persen,’’ ujar Amran. Bahkan, untuk Pasar Cipinang mencapai 138 persen.

Biasanya, ujar Amran, pasokan beras ke Cipinang pada Januari-Februari hanya sekitar 20-30 ton. Namun, tahun ini meningkat menjadi 50 ribu ton. Sementara harga biasanya pada tahun sebelumnya naik sekitar 20-30 persen naun tahun ini sebaliknya.Namun terang Amran, saat ini harga beras di kota malah naik sekitar Rp 200 hingga Rp 400 per kilogram.

Padahal, di desa harganya turun dari Rp 5.000 per kilogram menjadi Rp 3.300 per kilogram atau ada penurunan sekitar 30-40 persen.Seharusnya ungkap Amran, ketika harga beras di desa turun maka harga beras di kota juga mengalami penurunan.  Anomali tersebut akan dicoba diperbaiki oleh pemerintah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement