REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Sabtu (12/3) menyerukan negara-negara kekuatan dunia untuk mengambil langkah segera menghukum Iran menyusul uji coba rudal balistik yang dilakukan Teheran pekan lalu.
Sebuah pernyataan dari kantor Netanyahu mengatakan ia telah menginstruksikan Kementerian Luar Negeri untuk menyeru dan memohon kepada lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan Jerman, kekuatan yang menegosiasikan kesepakatan nuklir dengan Iran untuk bertindak.
"(Kekuatan dunia) harus mengambil langkah-langkah hukuman segera menyusul pelanggaran yang diulang oleh Iran dalam hal roket," kata pernyataan itu.
Pihaknya menambahkan bahwa itu akan menjadi ujian bagi kemampuan kekuatan dunia untuk menegakkan kesepakatan nuklir. Serangkaian tes yang dilakukan oleh Garda Revolusi Iran menimbulkan kekhawatiran internasional.
Termasuk Amerika Serikat (AS), Prancis, dan negara-negara lain yang mengatakan, jika dikonfirmasi, peluncuran rudal balistik yang memiliki kemampuan nuklir akan melanggar resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Netanyahu telah menentang keras kesepakatan internasional dengan Iran yang menyebabkan pencabutan sanksi ekonomi pada bulan Januari 2016. Penolakan Netanyahu membuatnya bertentangan dengan Presiden AS Barack Obama.
AS mengaku akan mengangkat isu ini selama konsultasi tertutup dengan Dewan Keamanan PBB pekan depan Utusan AS untuk PBB Samantha Power mengatakan, pihaknya juga mendesak negara-negara untuk bekerja sama terkait program rudal Teheran.
AS mengatakan tes rudal Iran tidak melanggar ketentuan kesepakatan nuklir bersejarah antara Teheran dan enam negara besar dan resolusi 2231 yang diadopsi pada bulan Juli 2015 kemudian disahkan.
Pembatasan rudal dan embargo senjata terhadap Iran secara teknis bukan bagian dari perjanjian nuklir. Diplomat dewan mengatakan, mereka pertama akan menunggu konfirmasi dari badan-badan intelijen nasional pada apakah rudal Iran menembakkan rudal yang berkemampuan nuklir.
Mereka juga mengatakan bahwa Rusia dan Cina yang menentang melanjutkan pembatasan program rudal Iran, mungkin akan memblokir tindakan dewan PBB.
Kementerian Luar Negeri Iran mengklaim pada Rabu (9/3) bahwa tes tidak melanggar perjanjian nuklir. Seorang komandan senior Garda Revolusi Iran pekan lalu mengatakan bahwa rudal balistik jarak menengah Iran dirancang untuk dapat menghantam Israel.
"Alasan kami merancang rudal kami dengan jangkauan 2.000 km (1.200 mil) adalah untuk dapat memukul musuh kita rezim Zionis dari jarak yang aman," Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh seperti dikutip oleh kantor berita Iran ISNA.