REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Gatot Saptadi mengatakan terendamnya rumah-rumah penduduk di 10 titik lokasi (Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Sleman) saat terjadi hujan Sabtu (12/3) disebabkan oleh curah hujan yang luar biasa di luar kondisi normal.
‘’Jadi bukan karena Merapi, melainkan aliran sungai yang deras yang mencari jalan milik sungai sendiri. Tetapi di bantaran sungai sudah banyak pemukiman penduduk. Sehingga karena curah hujan yang tinggi, aliran air sungai akan menerjang pemukiman penduduk,’’ jelas Gatot yang juga sebagai Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY pada wartawan, di Kepatihan Yogyakarta, Senin (14/3).
Menurut Gatot, sekarang sudah ratusan ribu Kepala Keluarga di DIY yang tinggal di sepanjang sungai dan berada di bantaran sungai. Sehingga bila aliran sungai deras akibat hujan lebat, rumah-rumah tersebut bisa keterjang air seperti yang terjadi Sabtu kemarin di sepanjang Sungai Winongo Yogyakarta.
Seharusnya pemukiman penduduk itu berada di luar bantaran sungai atau mundur dari posisi sekarang.
‘’Pak Gubernur (red. Sri Sultan Hamengku Buwono X) juga pernah menawarkan konsep penataan kawasan pemukiman penduduk di sepanjang sungai harus mundur di luar sepadan. Tetapi untuk penataan kawasan sungai ini harus banyak ke arah sosialnya. Karena warga yang tinggal di sepanjang sudah terbiasa dekat dengan kota, dan orang Jawa sudah terbiasa tempat tinggalnya harus menapak tanah,’’ungkap Gatot.
Jadi, kata dia menambahkan, ini lebih pada problem sosial. Belajar dari tahun ke tahun persoalannya sama. Hal ini juga dikemukakan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X bahwa selama di wilayah utara Yogyakarta penuh dengan larva lumpur, berarti permukaan sungai naik dan karena daya muatnya sedikit, maka bila terjadi guyuran air yang besar mesti terjadi banjir di permukiman yang berdekatan dengan sungai.
Solusinya, permukiman penduduk yang berada di sepanjang aliran sungai harus dimundurkan, ujarnya. Tahun ini akan ada satu percontohan.
Karena kalau mereka direlokasi agak repot. kata Sultan di Kepatihan Yogyakarta, Senin (14/3).
Lebih lanjut Gatot mengatakan untuk mengatasi problem sosial, warga dan pemerintah harus duduk bersama untuk mencari solusinya. ‘’Agar mereka tetap bisa tinggal di kota, maka di wilayah yang dekat aliran sungai ya dibuat Rusunawa (Rumah Susun Sewa). Pemda DIY sedang membuat Rusunawa di Gemawang.
Kalau setiap rusunawa itu bisa dihuni 80 orang, maka kalau yang tinggal di sepanjang sungai di DIY ada sekitar 10 kilometer, jumlah rusunawa yang harus dibangun tinggal mengalikan saja,’’ungkap dia.