Selasa 09 May 2023 08:16 WIB

Empat Sungai Kota Yogyakarta Tercemar Berat: Terjadi dari Hulu Sungai

Masih ada masyarakat yang membuang limbahnya ke sungai.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Aliran Sungai Code di Yogyakarta, Kamis (4/5/2023). Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta mengungkapkan bahwa tingkat pencemaran sungai yang ada di Kota Yogyakarta sudah melampaui ambang batas. Sungai-sungai tersebut di antaranya Sungai Code, Sungai Winongo, Sungai Gajahwong, dan Sungai Manunggal. Sumber cemaran utama sungai-sungai tersebut yakni bakteri E Coli. Karena banyak warga yang bermukim di bantaran sungai membuang limbahnya langsung ke sungai.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Aliran Sungai Code di Yogyakarta, Kamis (4/5/2023). Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta mengungkapkan bahwa tingkat pencemaran sungai yang ada di Kota Yogyakarta sudah melampaui ambang batas. Sungai-sungai tersebut di antaranya Sungai Code, Sungai Winongo, Sungai Gajahwong, dan Sungai Manunggal. Sumber cemaran utama sungai-sungai tersebut yakni bakteri E Coli. Karena banyak warga yang bermukim di bantaran sungai membuang limbahnya langsung ke sungai.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala UPT Laboratorium Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Sutomo mengatakan, empat sungai yang mengalir di Kota Yogyakarta masuk dalam kategori tercemar berat.

Kondisi itu diketahui seiring pihaknya rutin melakukan pengujian dengan mengambil sampel terhadap air sungai yang mengalir di Kota Yogyakarta. Mulai dari Sungai Winongo, Sungai Code, Sungai Manunggal, dan Sungai Gajah Wong.

Masing-masing sungai tersebut, diambil sampel di lima titik dari hulu hingga ke hilir. Hulu sungai-sungai yang mengalir di Kota Yogyakarta berada di Kabupaten Sleman dan mengalir hingga ke Kabupaten Bantul melewati Kota Yogyakarta, dan keempat sungai yang diambil sampel airnya tersebut sudah tercemar berat.

"Jadi dari empat sungai yang kami uji itu masuk dalam kategori tercemar berat, dengan parameter dominan lagi-lagi faktor koliform, kemudian fosfat, kadang-kadang nitrat atau NO2," kata Sutomo kepada Republika, Senin (8/5/2023).