REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Julisetiono Dwi Wasito mengemukakan, banjir terjadi di wilayahnya sebagian dikarenakan alih fungsi lahan. Pasalnya saat ini banyak lahan hijau yang berubah menjadi rumah atau bangunan lain.
"Kalau sudah begitu pohon penyangga air kan hilang. Airnya jelas lari ke sungai," kata Juli menegaskan, Senin (14/3). Namun keadaan diperparah dengan kondisi dasar sungai yang semakin dangkal. Sehingga air meluap hingga ke pemukiman dan menggenangi sejumlah wilayah.
Akibatnya, kata Juli, hujan deras yang terjadi pada Sabtu (12/3) menimbulkan banjir di berbagai wilayah. Antara lain di Pakem dua titik, Sleman lima titik, Mlati dua titik, dan Turi satu titik. Dari kejadian menyebabkan satu rumah rusak berat dan 32 lainnya terendam.
Setidaknya ada 15 KK yang harus mengungsi karena bencana tersebut. Totalnya sebanyak 64 orang, sembilan di antaranya balita dan dua lainnya lansia. Selain itu ada beberapa aset dan fasilitas publik yang terendam.
Antara lain kolam ikan sebuah kelompok tani, sawah seluas 2.500 meter persegi, satu ka dang ternak, Jembatan Sesek hanyut, dan SD Donokerto terendam dan pagar sekolah rusak sepanjang 28,5 meter persegi. Selain itu banjir menyebabkan dua talut sepanjang 6,4 meter kubik dan 37,5 meter kubik rusak.
BPBD sendiri telah memberikan bantuan pada korban banjir berupa 10 paket logistik pangan, 10 paket lauk pauk, 10 paket tambahan gizi, dan 20 selimut.
"Guna mengantisipasi peristiwa serupa, kami dan Dinas Kesehatan Sleman telah berkoordinasi untuk melakukan pelayanan darurat dalam tim reaksi cepat (TRC)," kata Juli.