Rabu 16 Mar 2016 11:51 WIB

Seni Kaligrafi di Era Sahabat

Rep: c62/ Red: Agung Sasongko
Kaligrafi Alquran
Foto: Onislam.net
Kaligrafi Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada masa kekuasaan khalifah Utsman bin Affan, tulisan mushaf masih "gundul" tidak berharkat atau tidak memiliki tanda baca. Nah, untuk menghindarkan salah baca maka ahli bahasa Abu al-Aswad Zalim bin Sufyan ad- Du'ali (wafat 69 H/688 M) merumuskan tanda baca harkat dan titik atas perintah Khalifah Ali bin Abu Thalib (wafat 40H/688 M).

Tugas ini dilanjutkan oleh murid Abu Aswad Nasir bin Aswim (wafat 707 M) serta Yahyan bin Yamur (wafat 708 M) dan disempurnakan oleh Kalin bin Ahmad bin Amar bin Tamim al- Farahidi al-Azdi (wafat 175 H/791 M). Sistem tanda baca ini telah memberikan keindah pada corak ragam kaligrafi yang digaraf oleh para khattat atau seniman.

Inovasi Memasuki zaman Khalifah Bani Umayyah (661-750 M) mulai timbul ketidakpuasan terhadap khath Kufii yang dianggap terlalu kaku dan sulit untuk digoreskan. Lalu, dimulailah pencarian dan inovasi dengan bentuk-bentuk lain yang dikembangkan dari gaya tulisan lembut atau non-Kufik, sehingga lahirlah banyak gaya.

Yang terpopuler, di antaranya, Tumar, Jalil, Nisf, Sulus, dan Sulusain. Tokoh kenamaan Bani Umayyah adalah Qutban al-Muharrir, sedangkan Khalifah pertama Bani Umayyah Muawiyah bin Abu Sufyan (661-680) adalah pelopor pendorong diusahakannya pencarian bentuk-bentuk kaligrafi tersebut.

Pada masa Daulah Abbasiyah (750-1258) dikembangkan lagi gaya-gaya baru dan modifikasi bentuk-bentuk lama yang meng hasilkan, khath Khafif Sulus, Khafif Suslusain, Riyasi, dan al-Aqlam as-Sittah/Sis Qalam (Sulus, Naskhi, Muhaqqaq, Raihani, Riqah, dan Tauqi).

Tokoh terkemuka pada zaman ini adalah al- Ahwal (abad ksembilan), Ibnu Muqlah (wafat 940 M) Ibnu Bauwab, dan Yaqut al-Musta'shimi. Pada kenyatannya ranting-ranting tulisan yang tumbuh sampai zaman Ibnu Muqlah, tokoh terbesar dan bapak kaligrafi Arab, berjumlah lebih dari 300 jenis.

Melalui tangan Ibnu Muqlah, kaligrafi didesain menjadi bentuk-bentuk yang geometris.  Huruf-huruf diberi ukuran menurut kadar tipis tebal dan panjang pendek serta lengkung goresan secara pasti, sehingga menghasilkan bentuk anatomi yang seimbang.

Rumus Ibnu Muqlah ini dinamakan al- Khath al-Mansub, terdiri atas komponen alif, titik belah ketupat, dan standar lingkaran.  Oleh karena itu, menurut Ibnu Muqlah, bentuk tulisan barulah dianggap benar-benar jika memiliki kriteria berikut; taufiyah (tepat), itmam (tuntas), ikmal (sempurna), isyaba (pada atau porposional), dan irsal (lancar goresannya).

Sedangkan, tata letak yang baik (husn al-wad\'i), menurut insinyur geometri ini, menghendaki dalam empat hal; tasrif (rapat teratur), ta\'lif (tersusun), tastir (selaras, beres), dan tansil (maksudnya bagaikan pedang atau lembing karena indahnya).

Gelar insinyur dan kedudukan Ibnu Muqlah yang tiga kali menjadi menteri untuk tiga Khalifah Abbasiyah sangat berperan bagi pengembangan teorinya yang sampai saat ini masih digunakan dan belum ditemukan teori alternatif yang lebih baik dari al-Khath al- Mansub.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement