REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta meminta warga berkomitmen memilah sampah yang dihasilkan, termasuk memisahkan sampah baterai, karena masuk dalam kategori bahan berbahaya dan beracun.
"Sebagai uji coba sekaligus untuk memberikan contoh kepada masyarakat, kami menempatkan tempat sampah khusus baterai dan bahan berbahaya lainnya di kompleks Balai Kota Yogyakarta," kata Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta Suyana di Yogyakarta, Sabtu (19/3).
BLH menempatkan sebuah kotak plastik di depan pintu masuk gedung Wali Kota Yogyakarta dan nantinya akan disebar di setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD) atau instansi lainnya.
Pegawai atau masyarakat bisa membuang sampah baterai dan sampah lain yang masuk dalam bahan berbahaya dan beracun, seperti bekas botol aerosol, lampu yang tidak terpakai, dan bekas botol obat nyamuk semprot ke dalam kotak tersebut.
"Sebenarnya ini program lama. Namun, kami ingin mengampanyekannya kembali agar masyarakat tetap ingat untuk memisahkan sampah baterai dengan sampah lainnya karena bisa mencemari lingkungan," katanya.
Selain di lingkungan Kantor Pemerintah Kota Yogyakarta, BLH juga meminta wilayah untuk menyiapkan tempat sampah khusus baterai dan barang lainnya.
"Sebenarnya, baterai dan barang-barang lainnya itu bisa dimanfaatkan kembali menjadi barang kerajinan. Sudah ada yang melakukannya," katanya.
Suyana menambahkan bahwa program pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun oleh BLH Kota Yogyakarta merupakan rangkaian dari program yang digulirkan oleh BLH DIY.
"Kami pun sudah menempatkan tempat sampah khusus untuk pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun di TPA Piyungan. Seluruh limbah baterai dan barang sejenis lainnya ditempatkan di situ, tidak dibuang bersama sampah lainnya," katanya.
Meskipun sudah menyiapkan tempat sampah khusus untuk menampung limbah bahan berbahaya dan beracun, Suyana mengatakan bahwa limbah tersebut akan diupayakan untuk bisa dikembalikan ke produsen. "Limbah tersebut perlu dikembalikan ke produsen karena sebenarnya bisa diolah kembali," katanya.