REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernyataan Aung San Suu Kyi yang bernada rasis sangat mengagetkan banyak pihak. Ketua Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Din Syamsuddin sejak awal meragukan kesejatian Suu Kyi sebagai figur perdamaian yang sungguh-sungguh menampilkan wawasan kemajemukan, Hak Asasi Manusia (HAM) dan co-eksistensi kepentingan secara damai.
Pernyataannya dimuat dalam buku The Lady and The Generals- Aung San Suu Kyi and Burma's Struggle for Freedom membuktikan kesanksian tersebut.
"Saya kira ucapannya tentang wawancara dengan Mishal Husain (presenter BBC Today) menunjukkan secara jelas bahwa watak dasar Suu Kyi bersifat ambivalen (mendua) terhadap perdamaian. Sejatinya dia tidak menyukai kelompok Muslim khususnya etnik Rohingnya di Rakhine, Myanmar," ujarmya kepada Republika.co.id, Selasa (29/3).
Baik itu karena watak dasarnya, maupun karena ketakutan terhadap umat Budha di Myanmar yang berkaitan dengan hubungan politik. Din pribadi sudah lama meragukam kesejatiam orientasi perdamaian Suu Kyi. Pasalnya ketika krisis Rohingya terjadi, Suu Kyi diam seribu bahasa.
Tidak ada satu katapun yang keluar, baik mengecam atau mendukung. Padahal waktu itu banyak pihak, termasuk Din yang datang ke Yangoon meresmikan Inter-Religious Council (IRC) Myanmar. Din hanya menitip pesan agar Suu Kyi bersuara, baik sebagai tokoh perdamaian maupun tokoh politik di Myanmar.
"Tapi ternyata dia diam dan rupanya itu merupakan ekspresi politiknya dalam meraih suara di pemilu yang ia menangkan," kata President Asian Conference of Religions for Peace. (ACRP) ini.