REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Teroris Harist Abu Ulya mengatakan, penyanderaan terhadap sepuluh warga negara Indonesia (WNI) mungkin karena salah sasaran. Sebab biasanya kelompok Abu Sayyaf tidak pernah menyandera orang muslim.
"Saya kira ini salah target," kata dia, Sabtu (29/3). (TNI AL Siap Bebaskan 10 WNI yang Disandera di Filipina).
Abu menuturkan, yang biasa disandera oleh kelompok itu adalah orang asing, dan biasanya di Filiphina atau sekitarnya. Dia berpikir, bahwa mereka tidak akan membunuh saudara sesama muslim. Sehingga dengan menggunakan pendekatan persuasif atau bernegosiasi dapat menyelamatkan para sandera.
"Caranya dengan membawa orang-orang yang pernah dilatih oleh kelompok Abu Sayyaf," kata dia.
Dia optimis dengan pendekatan persuasif orang Indonesia yang muslim dapat dilepaskan Abu Sayyaf. Karena kelompok ini hanya benar-benar melakukan perlawanan terhadap pemerintah Filiphina dan Amerika Serikat.
Menurut Abu, kelompok Abu Sayyaf tidak berafiliasi dengan Alqaidah, kecuali keterkaitan dalam sejarah awalnya. Karena beberapa orang yang dilatih pernah berkomunikasi dengan kelompok pejuang di Afghanistan. Meskipun beberapa orang dari mereka keluar dan mendukung ISIS, namun dalam jumlah kecil dan tidak signifikan.
"Pembajakan dilakukan untuk survive membiayai operasi yang mereka lakukan," kata dia. Namun biasanya yang ditargetkan adalah orang asing. Bukan dari komunitas orang muslim, seperti halnya Indonesia.
Abu melihat sepak terjang kelompok Abu Sayyaf, suatu kelompok perlawanan di Filipina Selatan atau Mindanau ada kaitannya dengan kelompok minoritas yang ditekan pemerintah Filipina. Mereka kemudian melakukan perlawanan di Mindanau.
Selain itu, kelompok ini juga pecah dibagi beberapa faksi atau kelompok perlawanan. Salah satunya Abu Sayyaf yang tidak ingin perundingan.