Rabu 30 Mar 2016 05:00 WIB

Soal Islamofobia, Ini Komentar Muslim Amerika

Muslim Amerika
Foto: fiqhislam
Muslim Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Beberapa tahun terakhir, diskriminasi menimpa masyarakat Muslim Amerika Serikat (AS). Tidak tanggung-tanggung, rasa tidak suka terhadap Islam ditunjukkan secara terang-terangan seperti membakar hal-hal yang berhubungan dengan rumah ibadah, menyerang fisik seorang Muslim, merusak Masjid dengan isu memecah belah.

Pada Rabu (30/3), The Huffington Post mengundang sejumlah Muslim Amerika untuk berbicara ihwal bagaimana menjadi Muslim di Amerika saat ini. Beberapa Muslim mengatakan, Islamophobia merupakan perlakuan terburuk yang pernah diterima Muslim.

Para Muslim diminta berkomentar menyoal, bagaimana cara Muslim menunjukkan ketaatan mereka ditengah gejolak Islamofobia? Apakah masih dengan berhijab, menumbuhkan jenggot, berpuasa dan lain-lain? Sebab, cara Muslim menunjukkan keimanannya terakadang membuat orang-orang menjadi salah paham.

Salah satu Muslim yang bekerja sebagai editor media sosial The Huffington Post, Rowaida Abdelaziz berbicara tentang bagaimana materi iman yang telah dipolitisasi. Ia mencontohkan, pascapenembakan yang terjadi di San Bernardino, California, terjadi penggeledahan di rumah terduga penembak.

Ia menyayangkan, dalam penggeledahan itu, stasiun TV terus-menerus mengambil gambar yang berhubungan dengan Islam, seperti sajadah dan Alquran. "Jika seseorang melewati apartemenku, mereka akan melihat seperti yang mereka lihat di tempat-tempat lain," kata Abdulaziz.

Ia berujar, apartemennya merupakan tempat yang ia gunakan untuk kehidupan pribadi, salah satunya untuk kegiatan spiritualitas. Sehingga wajar jika di suatu rumah terdapat perlengkapan ibadah.

Ia menyayangkan jika benda-benda yang digunakan untuk beribadah, disamakan dengan alat teroris. "Dan tiba-tiba, mereka menyamakan (sajadah dan Alquran) dengan alat-alat teroris," ujarnya.

Sementara itu, Imam New York University Islamic Center, Imam Khalid Latif mengungkapkan, saat ini banyak Muslim yang harus memilih, tetap mempraktikkan imannya atau 'hanya hidup dari hari ke hari'.

"(Muslim) ini adalah populasi yang telah terpinggirkan dalam setiap arti kata. Banyak Muslim Amerika yang bertanya pada diri sendiri, bagaimana cara masuk ke dalam masyarakat yang tidak mau menerima saya," tutur Latif.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement