Kamis 31 Mar 2016 07:22 WIB

Perajin Gunung Kidul Khawatir Hadapi MEA

Red: Ilham
 Perajin perhiasan (ilustrasi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Perajin perhiasan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Perajin perak dan tembaga di Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mencemaskan persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Mereka mengaku terkendala sumber daya manusia yang tak menguasi teknologi dan berinovasi.

Salah seorang perajin perak dan tembaga Desa Pampang Kecamatan Paliyan, Madiyo mengatakan SDM di Desa Pampang dirasakan belum mampu untuk menghadapi produk dari luar daerah. "Di sini faktor kendala terbesar terletak pada SDM, banyak sekali masyarakat yang belum bisa membuat terobosan-terobosan unik untuk menembus pasar nasional," kata Madiyo.

Ia mengaku khawatir akan keberlangsungan para perajin lokal jika harus bersaing dengan produk luar. "Persiapan khusus itu tidak ada, hanya saja kami terus berupaya untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan," katanya lagi.

Madiyo mengungkapkan, sejak awal tahun, jumlah pesanan kerajinan perak dan tembaga miliknya mengalami penurunan yang cukup signifikan. Dia menduga ada peralihan model bentuk serta hiasan baru yang belum bisa diikuti oleh perajin lokal.

"Saat demam batu akik dulu sempat melambung naik, tapi sejak awal tahun mulai menurun jumlah permintaan kerajinannya," katanya.

Dalam sehari, satu orang pegawai hanya bisa memproduksi satu jenis perhiasan saja. Mereka membuat sejumlah perhiasan mulai dari cincin, gelang, kalung dan hiasan dengan harga Rp 25.000 hingga jutaan rupiah.

Selain terkendala SDM, ia mengatakan faktor mesin dan juga kekurangan biaya menjadi faktor lain kenapa para perajin lokal takut bersaing dalam MEA. "Peralatan saja belum mencukupi. Untuk melapisi hiasan perak, kami harus ke Kota Gede di Yogyakarta karena hanya di sana yang punya alatnya," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement