REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus kematian terduga teroris, Siyono, dianggap mengerikan sekaligus memalukan. Pasalnya, Siyono tewas di dalam mobil Densus 88, tanpa adu tembak atau meledakkan bom.
"Ini sudah masuk taraf mengerikan dan memalukan," kata Pendiri LSM Lingkar Madani (LIMA), Ray Rangkuti, Jum'at (1/4). (Surat Penolakan Autopsi Jenazah Siyono Dipegang Polisi).
Menurut dia, kematian Siyono mengerikan mengingat kasus serupa setidaknya telah menimpa 121 terduga teroris. Selain itu, ia merasa kasus Siyono sangat memalukan, karena akan tercatat sejarah sebagai sebuah republik yang tidak bisa menjaga warga negaranya. (Jaga Makam, Kokam Khawatir Jenazah Siyono Dicuri).
Ia tak habis pikir, bagaimana seorang warga negara yang baru diduga terkait dengan terorisme bisa diperlakukan buruk dan dikembalikan dalam keadaan tak bernyawa. Kejadian ini, kata dia, menandakan era reformasi tidak banyak berbeda dengan Orde Baru.
Ray juga mempertanyakan dasar para penegak hukum merampas hak warga negara, hanya karena seseorang mendapatkan status terduga terorisme.
Menurut Ray, generasi penerus Indonesia akan mempertanyakan kenapa 121 orang yang baru terduga teroris bisa meninggal begitu saja. Ia merasa kondisi ini sudah menjadi sejarah kelam bagi bangsa Indonesia.